Lokasi
Candi
Borobudur terletak di desa Borobudur, kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang,
Jawa Tengah dan dikelilingi beberapa dusun antara lain Bumi Segoro, Sabreng,
Gopala, Jawahan, Barepan, Ngarak, Kelan, Janan, dan Gendingan.
Dr. Soemono
dalam bukunya Candi Borobudur, Pustaka Jaya menuliskan:
Pada zaman
dahulu Pulau Jawa terapung-apung di tengah lautan oleh karenanya harus dipaku
di pusat bumi agar dapat dihuni manusia. Paku yang sangat besar itu kini
menjadi sebuah gunung yang terletak di kota
Magelang yaitu gunung Tidar. Di sebelah selatan gunung Tidar kira-kira jarak 15
km terdapat candi Borobudur. Candi Borobudur
yang terletak di daratan Kedu hampir seluruhnya dilingkari pegunungan.di
sebelah timur terdapat gunung Merapi dan gunung Merbabu. Pada gunung Merapi itu
setiap dua atau tiga tahun terdengar letusan-letusan yang menentukan masih
aktif dalam kegiatannya. Sisi barat laut terdapat gunung Sumbing dan Sindoro.
Juga di sebelah selatan yang membujur dari dari timur ke barat terdapat
pegunungan Menoreh. Oleh karena puncak-puncak pegunungan ini banyak yang
runcing bagai menara maka pegunungan ini dinamakan pegunungan Menoreh. Di lihat
dari candi Borobudur puncak-puncak pegunungan
Menoreh serupa dengan sorang yang sedang terlentang di atas pegunungan tersebut.
Karena itulah ada cerita rakyat yang menjelaskan bahwa bagian dari puncak
gunung yang serupa dengan orang tidur itu adalah Gunadharma, yaitu ahli
bangunan yang berhasil membuat candi Borobudur.
Dataran Kedu
dialiri oleh dua sungai besar yaitu sungai Progo dan sungai Elo yang akhirnya
menyatu menjadi sungai Progo dan mengalir ke selatan menuju Samudera Indonesia.
(Dr. Soekmono, Pustaka Jaya 1981, hal 11 dan 12).
ARTI NAMA
Bangunan-bangunan
kuno yang berasal dari jaman purba Sejarah Indonesia (permulaan tarikh Masehi
sampai akhir abad ke-150 biasanya disebut Candi. Sebagian besar dari
candi-candi itu tidak diketahui nama aslinya. Candi-candi memang harus
diketemukan dahulu, sebelum dimasukkan ke dalam khasanah pusaka budaya kita.
Juga banyak candi-candi yang diberi nama yang sama seperti desa di man acandi
itu berada. Tetapi ada juga desa yang diberi nama menurut candinya. Hanya satu
dua candi sajalah yang masih tetap menyimpan nama aslinya. Candi Borobudur
sendiri sulitlah ditentukan apakah nama Borobudur
mengambil dari nama desa ataukah nama desa yang mengambil nama dari candi
tersebut.
Dari Babad
(kitab sejarah Jawa) dari abad ke-18 tersebut “BUKIT BOROBUDUR”, sedang
keterangan yang disampaikan kepada Raffless (Letnan Gubernur Jenderal Inggris)
dalam tahun 1814 di desa Bumi Segoro menyatakan adanya sebuah penemuan-penemuan
purbakala bernama “BOROBUDUR”. Dengan penemuan itu maka dapat disimpulkan bahwa
nama Borobudur adalah nama asli dari bangunan
candinya. Walaupun demikian perlu dicatat bahwa tidak ada sesuatu keterangan,
baik prasasti maupun dokumen lain yang mengungkapkan nama candi Borobudur yang sesungguhnya.
Naskah dari
tahun 1365 M, yaitu kitab Negara Kertagama karangan Mpuk Prapanca juga
menyebutkan kata/nama Budur untuk sebuah bangunan agama Buddha aliran WAJRADA.
Kemungkinan
yang ada “BUDUR” tersebut tidak lain adalah candi Borobudur.
Karena tidak adanya keterangan yang lain kitanya tidak bias diambil suatu
kepastian.
Jadi, nama Borobudur berarti asrama / Vihara atau kelompok candi
yang terletak di atas tanah / bukit. (Drs. Soedirman, Borobudur salah satu
keajaiban dunia 1980, hal 8).
Candi
Borobudur tidak hanya diperindah dengan relief-relief dan ukiran-ukiran hias
tetapi juga dapat dibanggakan karena patung-patungnya yang sangat tinggi mutu
seninya. Patung-patung itu semua menggambarkan Dhayani Buddha terdapat pada
bagian Rupadhatu dan Arupadhatu. Patung-patung Buddha di Rupadhatu ditempatkan
dalam relung-relung yang tersusun berjajar pada sisi luar pagar langkan sesuai
dengan kenyataan bahwa tingkatan-tingkatan bangunannya semakin tinggi letaknya
semakin kecil ukurannya.
Langkan
pertama :
104 patung Buddha
Langkan kedua :
104 patung Buddha
Langkan ketiga :
88 patung Buddha
Langkan
keempat : 72 patung Buddha
Langkan kelima :
64 patung Buddha
Teras bundar
perama : 32 patung Buddha
Teras bundar
kedua : 24 patung Buddha
Teras bundar
ketiga : 16 patung Buddha
Jumlaj
seluruhnya : 504 patung
Buddha
Sekilas patung-patung Buddha itu
nampak serupa semuanya, tetapi sesungguhnya ada juga perbedaannya. Perbedaan
yang sangat jelas ialah sikap tangannya yang disebut Mudra yang merupakan ciri
khas setiap patung.
Sikap tangan atau Mudra Candi
Borobudur ada 6 macam
Hanya saja oleh karena kedua
macam Mudra yang dimiliki oleh patung yang menghadap semua arah baik dibagian
Rupadhatu (langkan tingkat 5) maupun dibagian Arupadhatu pada umumnya
menggambarkan maksud-maksud yang sama. Maka jumlah Mudra yang pokok ada 5,
yaitu :
- Bhumispara Mudra:
Sikap tangan
ini melambangkan saat sang Buddha memanggil Dewi Bumi sebagai saksi ketika ia
menangkis semua serangan iblis Mara.
- Wara Mudra :
Sikap tangan
ini melambangkan perihal amal, membari anugrah atau berkah. Mudra ini adalah
khas bagi Dhayani Buddha Ratna Sambawa. Patung-patungnya menghadap ke selatan.
- Dyana Mudra :
Sikap tangan
ini melambangkan sedang atau mengheningkan cipta. Mudra ini merupakan tanda
khusus Dhayani Buddha Amitabha. Patung-patungnya menghadap ke barat.
- Abhaya Mudra :
Sikap tangan
ini melambangkan sedang menenangkan. Mudra ini merupakan tanda khusus Dhayani
Buddha Amoghasdhi. Patung-patungnya menghadap ke utara.
- Dharma Cakra Mudra :
Sikap tangan
ini melambangkan gerak memutar roda dharma. Mudra ini menjadi cirri khas
Dhayani Buddha Wairocana daerah kekuasaannya terletak di pusat. Khusus di Candi
Borobudur Wairocana ini digambarkan juga dengan sikap tangan yang disebut
Witarka Mudra.
(Dr. Soekmono,
Candi Borobudur, Pustaka Jaya, 1981, hal 80, 82, 83).
HTISAR SEJARAH
Waktu didirikan :
Sampai
sekarang belum pernah ditemukan sumber-sumber tertulis yang menyebutkan
bilamana Candi Borobuur itu dibangun sehingga secara pasti tidak dapat
ditentukan usianya. Beberapa bukti telah dikemukakan oleh para ahli untuk
menentukan usia dari bangunan Borobudur itu.
Pada bagian kaki Candi Borobudur yang tertutup
terdapat tulisan Sansakerta dengan huruf Kawi. Dengan membandingkan bentuk
huruf-huruf tersebut dengan prasasti-prasasti bertarikh yang ada di Indonesia, maka
sementara sarjana berpendapat bahwa Candi Borobudur dibangun sekitar tahun 800
M. Pada abad itu di Jawa Tengah berkuasa raja-raja dari Wangsa Syailendra yang
menganut agama Buddha Mahayana sehingga dapatlah dikatakan bahwa Borobudur
bersifat agama Buddha Mahayana itu ada hubungannya dengan Wangsa Syailenra.
(Drs. Soedirman, Borobudur Salah
Satu Keajaiban Dunia, 1980, hal 1)
Uraian bentuk bangunan :
Candi
Borobudur tidak mempunyai bilik ataupun ruangan didalamnya oleh karena itu
tidak dapat berfungsi sepenuhnya sebagai Candi. Maka lebih tepatnya kiranya
kalau bangunan iti kita anggap sebagai bangunan ziarah dan bukan sebagai tempat
pemujaan.
Sesungguhnyalah
adanya jenjang dan lorong-lorong dimaksudkan itu kita anggap sebagai pengantar
serta pemanduu para peziarah untuk menuju ke puncak melalui jalan keliling dari
satu tingkat ke tingkat berikutnya.
Perjalanan
setingkat demi setingkat sesuai benar dengan aliran Buddha yang mrmang sangat
mementingkan adanya tingkatan-tingkatan dalam persiapan mental para penganutnya
yang setia. Melalui tingkatan-tingkatan itulah tujuan akhir perjalanan manusia
dapat tercapai. Yaitu terlepasnya secara mutlak dari segi ikatan duniawi dan
dapat bebas secara mutlak dari kelahiran kembali.
Adapun
tingkatan-tingkatan itu pada dasarnya dapat pula diterapkan pembagian alam
semesta menjadi tiga dunia :
Dunia paling bawah
KAMANDHATU : atau dunia hasrat.
Dalam tingkatan ini manusia masih terikat pada hasrat bahkan dikuasai oleh
hasrat. Relief ini terdapat pada kaki candi bangunan asli.
Dunia yang lebih tinggi :
RUPADHATU : atau dunia rupa.
Manusia telah meninggalkan segala hasrat, tetepi masih terikat pada nama dan
rupa. Bagian ini terdapat pada langkah 1 sampai 5.
Dunia yang tertinggi :
ARUPADHATU : atau dunia tanpa
rupa. Dalam tingkatan ini sudah tidak ad asana sekali nama ataupun rupa.
Manusia telah bebas sama sekali dan telah memutuskan untuk selama-lamanya
segala ikatan kepada dunia fana.
(Dr. Soekmono, Candi Borobudur,
Pustaka Jaya, 1981, hal 47).
Bangunan Candi Borobudur
berbentuk limas berundak dan apabila dilihat dari atas merupakan bujursangkar.
Bangunan candi ada 10 tingkat. Tiga tingkat yang paling atas berbentuk
lingkaran dengan tiga teras.
Teras
pertama terdapat : 32 stupa
berlubang
Teras
kedua terdapat : 24 stupa
berlubang
Teras
ketiga terdapat : 16 stupa
berlubang
Jumlah
seluruhnya : 72 srupa
berlubang
Masing-masing stupa terdapat
pating Buddha. Di tengah-tengah stupa tersebut terdapat stupa induk yang
merupakan mahkota dari bangunan Candi Borobudur. Stupa induk bergaris tengah
9,90 meter. Tinggi sampai bagian bawah pinakel 7 meter. Drs. Soediman dalam
bukunya Borobudur Salah Satu Keajaiban Dunia hal. 36 menulis bahwa diatas
puncak pinakelnya dahulu diberi paying (cattra) bertingkat tiga (sekarang tidak
terdapat lagi). Stupa induk ini yang sekarang tidak berisi. Ada yang mengatakan bahwa ruangan itu untuk
tempat penyimpanan arca atau relief, tapi pendapat itu masih diragukan
kebenarannya. Karena sewaktu diadakan penyelidikan mengenai isi dari stupa oleh
Residen Kedu Hartmann dalam tahun 1842 sama sekali tidak dibuatkan laporan
tertulis, sehingga semua pendapat mengenai isi stupa induk itu hanyalah dugaan
belaka.
Lebar dan panjang Candi Borobudur : 123 m
Keliling Candi Borobudur : 492 m
Tinggi sekarang : 34, 5 m
Batu andesit yang digunakan untuk
bangunan Candi sebanyak 55.00 m3
USAHA PENYELAMATAN CANDI BOROBUDUR :
- Candi Borobudur didirikan sekitar tahun 800 M.
- Tahun 1814 Borobudur dikenal kembali berkat usaha Sir Thomas Stamford Raffles.
- Tahun 1834 Residen Kedu memerintahkan untuk melakukan pembersihan candi sehingga tampat bangunan Candi seluruhnya.
- Tahun 1850 dilakukan usaha memindahkan relief-relief Borobudur keatas kertas gambar.
- Tahun 1873 diterbitkan monografi pertama tentang Borobudur.
- Tahun 1882 ada usul untuk membongkar seluruh dan memindahkan relief-relief ke suatu museum.
- Tahun 1885 YZERMAN melakukan penyelidikan, ia mendapatkan dibelakang batu kaki candi terdapat relief.
- Tahun 1889 dibentuk panitia khusus merencanakan penyelamatan Candi Borobudur.
- Tahun 1905 pemerintah Belanda menyetujui usul panita dengan menyediakan biaya PL. 48.800 dengan dilaksanakan Van Erp.
- Tahun 1907 bulan Agustus Van Erp melakukan Penggalian.
- Tahun 1908 usul Van Erp disetujui untuk melakukan usaha-usaha penyelamatan lebih besar dari rencana semula.
- Tahun 1910 ditemukan terjadi keretakan baru pada bagian candi.
- Tahun 1911 pekerjaan Van Erp selesai, Borobudur kembali utuh.
- Tahun 1926 diketahui pengrusakan yang sengaja dari wisatawan asing yang ingin memiliki bagian dari bangunan candi sebagai cindramata.
- Tahun 1929 dibentuk panitia khusus untuk meneliti sebab kerusakan bangunan.
- Tahun 1946 ditengah gejolak revolusi fisik 2 orang ahli purbakala dari India diundang untuk menelaah kerusakan Candi Boobudur.
- Tahun 1960 diadakan usaha-usaha permulaan penyelamatan Candi Borobudur.
- Tahun 1963 catur tunggal dan pejabat kabupaten magelang mengadakan peninjauan khusus ke Candi Borobudur.
- Tahun 1963 terbit keputusan penyediaan biaya Rp. 38.000.000,00
- Tahun 1964 mendapat anggaran tambahan Rp. 50.000.000,00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar