Takdir Allah
Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda
kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman.
Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu
informasi Allah melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat Islam
dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah
terjadi.
“Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa
yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu
mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian
segala sesuatu yang terjadi tentu ada takdirnya, termasuk manusia.”[1]
Pengertian Takdir. Kata Takdir berasal dari bahasa
Arab, yakni Takdir (تقدير) yang berakar kata dari kata qaddara (قدر، يقدر،
تقديرا) yang berarti ukuran terhadap sesuatu atau memberi kadar. Pengertian
Takdir menurut istilah, adalah ukuran yang sudah ditentukan Tuhan sejak zaman
azali baik atau buruknya sesuatu, tetapi boleh saja berubah jika ada usaha
untuk merubahnya. Sehingga, jika Allah telah mentakdirkan demikian, maka itu
berarti bahwa Allah telah memberi kadar/ ukuran/ batas tertentu dalam diri,
sifat atau kemampuan maksimal makhluknya. Kemampuan pada diri manusia inilah
yang boleh berubah, dan terkadang memang mengalami perubahan disebabkan oleh
usaha manusia itu sendiri.[2]
Pembagian Takdir Allah
“Takdir yang bersifat umum dan
meliputi semua makhluk yang tertulis dalam Lauhul Mahfuzh. Karena Allah telah menuliskan di dalamnya ketetapan takdir
segala sesuatu sampai hari Kiamat tiba.”[3]
Takdir
khusus yang memerinci takdir umum. ini terbagi menjadi 3 macam takdir :
1. Takdir sepanjang umur ketetapan
takdir sepanjang hidup setiap makhluk, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu tentang ketentuan takdir yang dituliskan bagi
janin ketika dalam kandungan ibunya, berupa ketetapan ajal, rezki, amal perbuatan;
2. Takdir tahunan, yaitu takdir yang di
tetapkan oleh Allah pada saat lailatul qadr tentang kejadian-kejadian sepanjang
tahun;
3. Takdir harian, yaitu takdir yang di tetapkan
(oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala ) tentang kejadian-kejadian dalam sehari,
berupa kematian, kehidupan (kelahiran), kemuliaan, kehinaan, dan lain
sebagainya.[4]
Tingkatan-Tingkatan
Iman Kepada Takdir Allah
1. Mengimani bahwa Allah mengetahui
segala sesuatu yang terjadi secara global maupun terperinci dengan ilmu-Nya
yang terdahulu;
2. Mengimani bahwa Allah menulis semua
ketetapan takdir bagi segala sesuatu dalam Lauhul Mahfuzh,
Dan Allah telah menuliskan atau menetapkan ketentuan takdir semua makhluk;
Dan Allah telah menuliskan atau menetapkan ketentuan takdir semua makhluk;
3. Mengimani bahwa tidak ada sesuatu
pun yang terjadi di langit dan di bumi kecuali dengan kehendak Allah yang
bersumber dari kasih-sayang maupun hikmah-Nya;
4. Mengimani bahwa segala sesuatu yang
ada di langit dan di bumi adalah makhluk Allah , tidak ada pencipta, penguasa
dan pengatur alam semesta selain-Nya.[5]
Faidah
dan Manfaat Mengimani Takdir-Nya
1.
Iman
kepada takdir-Nya adalah penyempurna keimanan seorang hamba kepada Allah dan
tidak akan benar keimanan seorang hamba tanpa ini, karena mengimani takdir Allah
termasuk rukun iman;
2.
Iman
kepada takdir-Nya termasuk penyempurna tauhid Rububiyyah dan tauhid nama-nama
dan sifat-sifat Allah;
3.
Mendatangkan
ketenangan dan kelapangan jiwa serta tidak gelisah dalam menghadapi kesulitan
di dunia ini, karena semuanya terjadi dengan ketetapan Allah dan tidak mungkin
dihindari;
4.
Meringankan
beban saat tertimpa musibah;
5.
Orang
yang mengimani takdir akan selalu mengembalikan semua urusannya kepada Allah,
karena jika dia mengetahui bahwa segala sesuatu terjadi dengan takdir dan
ketetapan-Nya maka dia akan selalu kembali kepada-Nya;
6.
Menyadarkan
seseorang terhadap kekurangan dan kelemahan dirinya, sehingga dia tidak merasa
bangga dan lupa diri ketika melakukan kebaikan;
7.
Menjadikan
orang yang beriman semakin mengetahui kesempurnaan hikmah Allah;
8.
Menjadi
motivasi bagi orang yang beriman untuk semakin semangat berbuat kebaikan dan melakukan
hal-hal yang bermanfaat;
9.
Berani
dan tegar dalam menegakkan agama Allah dan tidak takut terhadap celaan manusia
dalam kebenaran dan merasa kaya/berkecukupan dalam hati.[6]
[2] http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-takdir-menurut-bahasa-dan.html
(30 September 2014 pukul 20:04)
[3] http://almanhaj.or.id/content/3551/slash/0/memahami-takdir-allh-subhanahu-wa-taala-menurut-perspektif-ahlus-sunnah-wal-jamaah/
(30 September 2014 pukul 20:30)
[4] Ibid
[5] Ibid
[6] Ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar