HELLO KITTY

HELLO KITTY
KITTY

Selasa, 01 Desember 2015

Gempa


Gempa

Kapten masih enak merokok, dengan duduk sikap menang sambil menimang- nimang Colt milik letnan. Yang belakangan ini berdiri dengan menyilangkan kedua tangannya, pandang kearah pintu.
Kapten            : “ Menyesal sekali dengan sangat amat terpaksa, Nyonya mesti ku perlakukan   sebagai sandera. Yang mestinya Nyonya menjadi tawanan Mayor ”
Letnan             : “ Hei apa bedanya ! ”
Kapten            : “ Oh, besar sekali Nyonya. perbedaannya 180o. sekarang tidak ada orang lain yang  menguasai Nyonya selain aku. Nyonya mutlak berada dibawah kekuasaan ku !“
Letnan             : “ Apa maksud, Bung ?”
Kapten            : “ Artinya, tak ada orang lain selain aku pribadi yang menentukan mati hidup Nyonya”
Letnan             : “sekarag aku tahu. ”
Kapten                       : “ Oh yaaa. apa yang Nyonya ketahui ?”
Letnan             : “ Bahwa bung setelah gunakan kesempatan untuk mengkhianati mayor.”
Kapten            : “ A ha ya. Nyonya inteligen. Tepat sekali dugaanmu. Memang aku telah gunakan kesempatan yang ditimbulkan oleh ketololan mayor jagoan itu. Untuk kemudian, yah ! Aku khianati dari belakang. Setidak-tidaknya menurut Nyonya mengkhianati.”
Kapten bangkit membuang punting rokok, menyelipkan pistol rampasan pada ikat pinggang dekat pusar perut. Tajam pandangannya menatap Letnan sambil ketawa kecil
Kapten            : “ Nyonya, dalam memperjuangkan suatu citra diperlukan sajian pengorbanan. Nah, dalam memperjuagkan apa yang kucitakan itulah aku dengan berat hati terpaksa mengorbankan  Bung Mayor berikut batalionnya, demi terlaksanannya citaku. Namun, saya sangat menghargai keperkasaan Bung Mayor dan batalionnya yang sudah punya nama mewangi. Karena itu, mereka ku korbankan seperkasa mungkin sesuai dengan jiwa patriotnya.”
Letnan tersentak, tajam nyala matanya membakar wajah Kapten
Letnan             : “ Jadi, Jelas sekarang bahwa Bung bermain sandiwara dengan musuh.”
Kapten            : “ Tepatnya aku jadi sutradara dalam lakon ini, sekaligus dan yang terpenting, ialah bahwa aku telah menciptakan lakon yang penuh adegan dramatis ini. Dan untuk memenuhi keinginan sang pencipta lakon, aku, maka Bung mayor batalionnya ku hancurkan secara dramatis pula. Kuatur sedemikian rupa hingga mereka masuk dalam jebakan musuh untuk kemudian dibinasakan berkeping-keping oleh puluhan peuru Howizer. ”
Letnan             : “ Untuk kemudian, Bung dengan leluasa memperoleh kesempatan menyergap dan melucuti kompiku secara khianat, ya ?”
Kapten                        : “ Begitulah.”
Letnan             : “ Untuk kemudian pula, kau kukorbankan dengan cara yang lain dalam rangka tindak khianatmu.”
Kapten tertawa kecil
Kapten            : “ Nyonya, punya bakat untuk menjadi seorang ahli siasat ulung dan seorang analisis. Memang begitulah. Tapi tentu saja, Nyonya pribadi akan ku jadikan sajian pengorbanan yang istimewa. Sedemikian rupa, hingga Nyonya akan memberi manfaat sebesar-besarnya dalam membantu memperbesar tekadku untuk melaksanakan apa yang kucitakan. Mudah-mudahan Nyonya tidak berbuat sebodoh suami Nyonya…”
Letnan kaget, kedua bibirnya gemetar dilanda perasaannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar