HELLO KITTY

HELLO KITTY
KITTY

Kamis, 31 Desember 2015

ZAMAN BATU


zaman batu tua (paleolitikum)

Zaman batu tua ini berlangsung selama kala Pleistosen. Zaman ini berlangsung kurang lebih 600.000 tahun. Perkembangan kebudayaan pada zaman ini sangat lambat akibat keadaan alam yang masih sangat liar dan labil. Pada manusia jaman itu Zaman Glasial dan interglasial datang silih berganti.
1. Peninggalan Budaya
Alat-alat batu yang digunakan pada zaman batu tua masih sangat kasar, sebab teknik pembuatannya masih sangat sederhana. Alat-alat batu ini dibuat dengan cara membenturkan antara batu yang satu dengan batu yang lainnya. Ada pula alat yang dipangkas dengan rapi sebelum dipergunakan.
Berdasarkan nama tempat penemuannya, hasil-hasil kebudayaan Zaman Batu Tua di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu kebudayaan pacitan dan kebudayaan Ngandong.
a.   Kebudayaan Pacitan
Alat-alat batu dari Pacitan ditemukan oleh Von Koeningswald, pada tahun 1935 di sungai Baksoko, desa Punung, Pacitan, Jawa Timur. Alat-alat batu dari Pacitan ini berupa kapak genggam, yaitu kapak tak bertangkai yang digunakan dengan cara menggenggam, kapak berimbas, kapak penetak, pahat genggam, dan yang paling banyak berupa alat-alat kecil yang disebut alat serpih (flake). Alat-alat batu tersebut berasal dari lapisan Pleistosen Tengah (Lapisan dan Fauna Trinil)
Selain di Pacitan, alat-alat batu tersebut diatas ditemukan pula di Sukabumi (Jawa Barat), Perigi dan Gombong (Jawa Tengah), Tambangsawah (Bengkulu), Lahat (Sumatra Utara), Kalianda (Lampung), Awangbangkal (Kalimantan Selatan), Cabenge (Sulawesi Selatan), Sembiran dan Trinyan (Bali), Batu Tring (Sumbawa), Maumere (Flores), dan Atambua (Timor).
b.   Kebudayaan Ngandong
Alat-alat Zaman batu tua dari Ngandong dekat ngawi. Jawa Timur berupa kapak-kapak genggam dari batu dan alat-alat kecil yang disebut alat serpih (flake). Alat-alat kecil yang termasuk kebudayaan Ngandong ditemukan pula di Sangiran, Jawa Timur dan di Cabenge. Sulawesi Selatan, Disamping itu pada kebudayaan Ngandong ditemukan pula alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tanduk dan tulang tersebut  berupa Penusuk (Belati), ujung tombak dengan gergaji pada kedua sisinya, dan alat pengorek ubi dan keladi, serta tanduk menjangan yang diruncingkan dan duri ikan pari yang digunakan sebagai mata tombak. Tradisi alat tulang dan tanduk ini dilanjutkan pada Zaman Mesolitikum dalam kehidupan di goa-goa, khususnya di Goa Lawa, Sampung, Ponorogo.
2. Manusia Pendukung
Zaman batu tua berlangsung pada kala Pleistosen. Pada kala ini di Indonesia hidup beberapa macam manusia purba. Walaupun demikian, hanya sebagaian saja dari manusia-manusia purba tersebut yang dapat dihubungkan dengan kebudayaan zaman batu tua. Berdasarkan penemuan yang ada dapat disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan pacitan adalah Pithecanthropus Erectus dengan alas an sebagai berikut.
a.   Alat-alat dari Pacitan ditemukan pada lapisan yang sama dengan Pithecanthropus Erectus, Yaitu pada Pleistosen Tengah (Lapisan dan Fauna Trinil)
b.   Di Chou-Kou-Tien, Cina, ditemukan sejumlah fosil sejenis Pithecanthropus Erectus, yaitu Sinanthropus Pekinensis. Bersama fosil-fosil ini ditemukan alat-alat batu yang serupa dengan alat-alat batu yang serupa dengan alat-alat batu dari pacitan.

Pendukung kebudayaan Ngandong, yaitu Homo Soloensis dan Homo Wajakensis dengan alas an sebagai berikut.
a.   Di Ngadirejo, sambung macan (Sragen) ditemukan kapak genggam bersama tulang-tulang binatang dan atap tengkorak Homo Soloensis.
b.   Alat-alat dari Ngandong berasal dari lapisan yang sama dengan Homo Wajakensis, yaitu Pleistosen Atas.

3. Kehidupan Sosial
Berdasarkan penemuan alat-alat Paleolitik dapat disimpulkan bahwa kehidupan bahwa manusia purba pendukung zaman batu tua hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan (hunting and foot gathering)
Hewan buruan manusia purba, antara lain : kerbau, banteng, kuda nil, badak dan rusa, sedangkan makanan dari alam yang mereka kumpulkan berupa buah-buahan dan umbi-umbian. Mereka juga hidup dengan menangkap ikan di sungai.
Manusia purba pada zaman batu tua hidup berpindah-pindah (nomaden). Mereka berpindah-pindah ke tempat lain apabila hewan buruan dan umbian-umbian sudah berkurang disuatu tempat. Oleh karena itu, hidupnya selallu berpindah-pindah, manusia purba hidup dalam kelompok-kelompok kecil sehingga mereka dapat berpindah dengan cepat. Diperkirakan jumlah Pithecantrhopus di Jawa selama kala Pleistosen sekitar 500 orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar