SEJARAH MUSEUM GEOLOGI
Museum ini didirikan pada 16 Mei 1928
dan kemudian direnovasi dengan bantuan dana dari JICA (Japan International
Cooperation Agency). Museum Geologi terletak di Jalan Diponegoro, dekat
Gedung Sate. Di museum, Anda dapat memperoleh berbagai informasi yang
berhubungan dengan geologi dan melihat beberapa koleksi menarik, seperti
tengkorak (fosil) dari manusia pertama di dunia, kerangka fosil hewan
prasejarah, 156 kg meteorit yang jatuh pada 30 Maret 1884 di Jatipelangon,
Madiun. Sebagai sebuah monumen bersejarah, museum ini dianggap sebagai warisan
nasional dan dilindungi oleh peraturan pemerintah. Yang menyimpan dan mengelola
materi geologi yang berlimpah, seperti fosil, batuan, dan mineral yang
dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak 1850.Sebuah SINGKAT MUSEUM GEOLOGI BANDUNG
Museum
Geologi awalnya berfungsi sebagai laboratorium dan penyimpanan hasil
penyelidikan geologi dan pertambangan dari berbagai wilayah Indonesia.
Kemudian, ia dikembangkan untuk tidak hanya sebagai fasilitas penelitian tetapi
juga sebagai fasilitas pendidikan, fasilitas yang menyediakan berbagai
informasi tentang geologi dan pariwisata.
Pergeseran fungsi museum sesuai dengan kemajuan teknologi membuat Museum
Geologi menjadi:tempat untuk pendidikan non formal yang berhubungan dengan bumi dan usaha pelestariannya.
tempat di mana orang melakukan kajian awal sebelum penelitian lapangan. Dalam konteks ini, museum ini berfungsi sebagai pusat informasi geologi yang menggambarkan kondisi geologi alam Indonesia dalam bentuk koleksi alat bantu visual.
sebuah Geotourism objek menarik.
Bandung Museum Geologi terbagi menjadi beberapa ruang pameran yang menempati lantai pertama dan kedua.
Pertama Lantai
Terbagi menjadi 3 ruang utama: Ruang orientasi, ruang barat sayap dan ruang sayap timur.
Orientasi Room
ruangan berisi peta geografi Indonesia dalam bentuk relief layar lebar menampilkan animasi dari kegiatan geologi di Indonesia. Ruangan itu juga disediakan oleh informasi museum dan pendidikan dan pelayanan penelitian.
West Wing Room
ruangan ini dikenal sebagai ruang geologi Indonesia, yang terdiri dari beberapa kamar / bilik memberikan informasi yang berkaitan dengan:
Hipotesis pembentukan bumi dalam tata surya.
Daerah tektonik rangka yang membentuk geologi Indonesia; diwujudkan dalam bentuk mock-up model pergerakan lempeng bumi aktif.
Kondisi geologi Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.
Selain model dan panel informasi, masing-masing bilik di ruangan ini juga menunjukkan berbagai jenis batuan (beku, sedimen, malihan) dan sumber daya mineral dari berbagai daerah di Indonesia. Dunia batuan dan mineral menempati bilik barat yang memamerkan beragam jenis batuan, mineral dan komposisi kristalografi dalam bentuk panel dan menampilkan asli. Ruangan yang sama juga menunjukkan aktivitas penelitian geologi Indonesia termasuk berbagai peralatan / perlengkapan lapangan digunakan, pemetaan dan fasilitas penelitian, hasil dari kegiatan seperti peta (geologi, geofisika, gunung api, geomorfologi, gempa bumi tektonik dan lebih), dan beragam koleksi publikasi atau sastra sebagai sarana sosialisasi data dan informasi geologi Indonesia. Di pojok jalan itu, gunung berapi yang divisualisasikan untuk melakukan keadaan beberapa gunung berapi aktif di Indonesia termasuk: Tangkuban Perahu, Krakatau, Galunggung, Merapi dan Batu. Selain panel informasi, ruangan ini dilengkapi dengan model-Kelut-Semeru Bromo kompleks gunung berapi. Beberapa sampel batuan hasil kegiatan gunung berapi yang ditampilkan dalam lemari kaca.
East Wing Room
Ruangan menggambarkan sejarah hidup pertumbuhan makhluk ‘dan pengembangan, dari yang primitif ke yang modern. Ruang ini dikenal sebagai Ruang sejarah kehidupan.
Gambar panel menghiasi dinding ruangan diawali dengan informasi tentang keadaan bumi yang terbentuk sekitar 4, 5 miliar tahun lalu, ketika paling primitif fana pun belum ditemukan belum. Beberapa tahun miliaran kemudian, disaat bumi sudah mulai tenang, lingkungannya mendukung pertumbuhan beberapa jenis tanaman memiliki sel – tunggal, yaitu adanya catatan dalam bentuk fosil. Bony reptil – raja kembali ukuran yang menguasai kehidupan masa Mesozoikum Tengah akhir (210-65 juta tahun lalu) model dalam bentuk replika fosil Tyrannosaurus Rex Osborn (Jenis Salamander buas karnivora) yang lelah panjang 19 m, heighth 6,5 m dan berat 8 ton. Awal kehidupan di bawah matahari dimulai dari sekitar 3 milyar tahun yang lalu di sini setelah berkembang dan berevolusi hingga sekarang. Evolusi jejak mamalia yang hidup di Era Tersier (6, 5-1, 7 juta tahun lalu) dan Kuarter (1, 7 juta tahun yang lalu hingga sekarang) di Indonesia yang terekam baik melalui fosil-fosil binatang menyusui (gajah, badak, kerbau, kuda nil) dan hominid yang ditemukan di beberapa tempat geologi khususnya di Jawa. Korps fosil tengkorak manusia – kuno yang ditemukan di Indonesia adalah (Homo erectus P. VIII) dan beberapa tempat lainnya di dunia terkoleksi dalam bentuk replikanya. Dan juga dengan artefak dimanfaatkan, yang membedakan pertumbuhan kultur – kuno dari waktu ke waktu? Prop dari stratigrafi sedimen Kuarter daerah Sangira, Trinil dan Mojokerto (Jawa Timur) yang sangat berarti dalam mengungkapkan evolusi manusia dan sejarah – model kuno dalam bentuk panel dan maket. Sejarah Bandung Danau pembentuk yang legenda disajikan dalam bentuk panel di ujung ruangan. Fosil ular dan ikan yang ditemukan pada lapisan tanah bekas Danau Bandung serta artefak diperagakan dalam bentuk aslinya. Artefak yang terkumpul dari beberapa tempat di pinggiran Danau Bandung menunjukkan bahwa danau telah dihuni sekitar 6000 tahun yang lalu oleh pra-sejarah manusia. Informasi lengkap tentang fosil dan sisa-sisa kehidupan masa lalu ditempatkan pada bilik tersendiri di Ruang Sejarah Kehidupan. Informasi yang disampaikan diantaranya adalah proses pembentukan fosil, termasuk batubara dan minyak bumi, selain keadaan lingkungan – kuno.
Kedua Lantai
Terbagi menjadi 3 ruang utama: ruang barat, ruang tengah dan ruang timur
Barat ruangan
Ditempati oleh staf museum
Sedangkan ruang tengah dan ruang timur di kamar 2 digunakan untuk demonstrasi, dan mereka dikenal sebagai ruang geologi untuk kehidupan manusia.
Ruang Tengah
Contained maket pertambangan emas terbesar di dunia, yang terletak di Gunung Dari tengan Irian Jaya. Tambang strip dari Gransberg adalah memiliki cadangan sekitar 1.186 ton miliaran, dengan konten, tembaga 1 02%, emas 1, 19 gram / ton perak dan 3 gram / ton. Aliansi beberapa tambang strip dan tambang bawah tanah aktif di sekitarnya memberikan cadangan bijih sebanyak 2, 5 ton miliar. Bekas Tambang Ertsberg (Gunung Bijih) di sebelah timur sisi Grasberg ditutup pada tahun 1988 merupakan situs geologi dan tambang yang dapat dimanfaatkan serta dikembangkan menjadi objek geo – pariwisata menarik. Contoh batuan Beberapa Irian Jaya (Papua) disusun dan dipamerkan di kotak keseimbangan sekitar maket. Oilrig miniatur dan gas bumi adalah juga model di sini.
Timur Room
Terbagi menjadi 7 ruangan kecil, yang memberikan informasi tentang aspek positif dan negatif tataan geologi bagi kehidupan manusia, khususnya di Indonesia.
Kamar 1 adalah menyajikan informasi tentang manfaat dan kegunaan mineral atau batu bagi manusia, serta panel gambar sebaran sumber daya mineral di Indonesia.
Kamar 2 adalah presentasi kegiatan catatan eksploitasi sumber daya mineral dan eksplorasi.
Kamar 3 ini berisi informasi tentang pemakaian mineral dalam kehidupan sehari-hari, baik melalui modern dan juga tradisional.
Kamar 4 adalah membuat pengolahan dan pengelolaan komoditi mineral dan energi.
Kamar 5 sedang menjelaskan informasi tentang berbagai jenis bahaya geologi (aspek negatif) seperti tanah longsor, gunung meletus, dll
Ruang 6 menyajikan informasi tentang aspek positif geologi terutama berkaitan dengan gejala gunung berapi.
Ruang 7 menjelaskan tentang sumberdaya air dan pemanfaatannya, juga pengaruh lingkungan terhadap kelangsungan sumber daya.
Sejarah
Museum Geologi terletak di Jalan
Diponegoro No. 57, Kota Bandung, Jawa Barat. Museum yang menyimpan dan
mengelola berbagai macam materi geologi ini telah berdiri sejak zaman
penjajahan Belanda, tepatnya tanggal 16 Mei 1929. Adapun tujuan pendiriannya
berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan geologi dan tambang di wilayah
Nusantara oleh para ahli geologi bangsa Eropa yang dimulai sejak pertengahan
abad ke-17 hingga timbulnya revolusi industri di daratan Eropa pada pertengahan
abad ke-18.
Bangsa Belanda (salah satu negara di
Benua Eropa) yang waktu itu berkuasa di tanah air, tentu saja sangat
membutuhkan bahan tambang sebagai bahan dasar industri di negerinya sendiri.
Oleh karena itu, mereka kemudian membentuk sebuah lembaga pada tahun 1850
bernama Dienst van het Mijnwezen yang bertujuan untuk melakukan penyelidikan
geologi dan sumberdaya mineral.
Dienst van het Mijnwezen yang pada
tahun 1922 berganti nama menjadi Dienst van den Mijnbouw ternyata sangat serius
melakukan tugasnya dengan mengumpulkan berbagai macam batuan, mineral, fosil,
laporan dan peta sehingga memerlukan tempat khusus untuk penyimpanan dan penganalisisan
lebih lanjut dari bahan-bahan temuan tersebut.
Sebagai jalan keluarnya, mereka lalu
membangun sebuah gedung tempat penyimpanan di Rembrandt Straat Bandung yang
rancangannya digarap oleh Ir. Menalda van Schouwenburg dengan gaya art deco.
Pembangunannya memerlukan waktu selama 11 bulan dengan 300 orang pekerja dan
menghabiskan dana sekitar 400 Gulden. Sedangkan peresmiannya dilakukan pada
tanggal 16 Mei 1929, hampir bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu
Pengetahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) di Bandung pada
tanggal 18-24 Mei 1929. Gedung itu kemudian dinamakan Geologisch Laboratorium.
Saat Jepang menguasai Indonesia,
pada tahun 1942 pihak Pemerintah Kolonial Belanda terpaksa menyerahkan
kekuasaan teritorialnya termasuk di dalamnya gedung Geologisch Laboratorium
melalui Letjen H. Ter Poorten (Penglima Tentara Sekutu di Hindia Belanda)
kepada pihak Jepang yang diwakili oleh Panglima Tentara Jepang, Letjen H.
Imamura di daerah Kalijati, Subang. Oleh Jepang Gedung Geologisch Laboratorium
diganti namanya menjadi Kogyo Zimusho dan setahun kemudian diganti lagi menjadi
Chishitsu Chosacho.
Setelah bangsa Indonesia merdeka,
Gedung Chishitsu Chosacho diambil alih dan pengelolaannya berada dibawah Pusat
Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG). Namun ketika tentara Belanda (NICA) datang
lagi dengan membonceng Amerika Serikat dan Inggris, mereka berusaha menguasai
kembali Chishitsu Chosacho pada 12 Desember 1945 yang menewaskan seorang pemuda
bernama Sakiman, sehingga kantor PDTG terpaksa dialihkan atau dipindahkan ke
Jalan Braga No. 3 dan 8.
Namun, kepindahan ke Jalan Braga
ternyata tidak berlangsung lama karena sejak Desember 1945 hingga Desember 1949
terjadi pertempuran antara rakyat Indonesia melawan pasukan Belanda di berbagai
daerah yang membuat kantor PDTG harus berpindah-pindah dari Bandung –
Tasikmalaya – Magelang – Yogyakarta untuk menyelamatkan dokumen-dokumen penting
hasil penelitian geologi. Dalam usaha menyelamatkan dokumen tersebut, pada
tanggal 7 Mei 1949 Arie Frederik Lasut yang saat itu menjabat sebagai Kepala
Pusat Djawatan Tambang dan Geologi diculik dan dibunuh oleh tentara Belanda di
Desa Pakem, Yogyakarta.
Setelah situasi politik dan keamanan
di Indonesia terkendali, tahun 1950 kantor PDTG kembali lagi ke Geologisch Laboratorium
dan berganti nama menjadi Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (DPRI). Nama
DPRI tidak bertahan lama dan beberapa kali diganti hingga sekarang menjadi
Pusat Survei Geologi. Nama-nama tersebut adalah: Djawatan Pertambangan Republik
Indonesia (1950-1952), Djawatan Geologi (1952-1956), Pusat Djawatan Geologi
(1956-1957), Djawatan Geologi (1957-1963), Direktorat Geologi (1963-1978),
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978-2005), dan Pusat Survei Geologi
(akhir 2005 sampai sekarang).
Selain nama yang berganti-ganti,
status museum pun juga berganti. Pada tahun 2002 melalui Kepmen No. 1725 tahun
2002 status museum yang tadinya Seksi Museum Geologi menjadi Unit Pelaksana
Teknis (UPT) di lingkungan Balitbang Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM). Tiga tahun kemudian (akhir 2005), status UPT Museum Geologi berada
dibawah Badan Geologi bersamaan dengan terbentuknya Badan Geologi sebagai Unit
Eselon I di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Visi dan Misi
Visi dan misi Museum Geologi adalah mewujudkan sumber
informasi berupa dokumentasi koleksi dan warisan geologi Indonesia yang
profesional untuk masyarakat. Adapun misinya adalah: (1) memperagakan dan
mengkomunikasikan koleksi museum; (2) menyediakan informasi dan materi edukasi
geologi; (3) mendokumentasikan dan mengkonservasi koleksi museum; (4) melakukan
penelitian koleksi dan pengembangan museum; (5) melakukan pameran museum dan
geologi; (6) melakukan penyuluhan dan sosialisasi geologi; (7) melakukan kerja
sama dengan instansi dan sekolah; (8) melakukan pengelolaan museum secara
profesional; dan (9) memberkan pelayanan jasa permuseuman.
Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas pokok Museum
Geologi adalah sebagai penunjang dan operasional untuk melaksanakan penelitian,
pengembangan dan konservasi serta memperagakan koleksi geologi. Sementara fungsinya:
(1) penyiapan rencana dan program
penelitian, pengembangan, konservasi, peragaan dan publikasi koleksi geologi;
(2) pelaksanaan pengelolaan dan
pengembangan dokumentasi;
(3) pelaksanaan pengelolaan dan
pengembangan peragaan;
(4) pelaksanaan penelitian dan
pengembangan serta publikasi;
(5) pelaksanaan dan pengembangan
kerja sama serta pelayanan jasa permuseuman;
(6) pelaksanaan ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan dan rumah tangga; dan
(7) evaluasi pelaksanaan rencana dan
program penelitian, pengembangan, konservasi, peragaan dan publikasi koleksi
geologi.
Sturktur Organisasi Museum Geologi
Struktur organisasi Museum Geologi
telah diatur melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (KepMen
ESDM) Nomor 1725 tahun 2002 terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Peragaan,
Seksi Dokumentasi, serta Kelompok Fungsional. Setiap struktur yang bertanggung
jawab kepada Kepala Museum Geologi tersebut memiliki tugas dan fungsinya
masing-masing.
Misalnya, Sub Bagian Tata Usaha
bertugas melaksanakan, menyiapkan bahan penyusun program dan laporan, urusan
ketatausahaan, kepegawaian, keuangan serta rumah tangga. Untuk itu, Sub Bagian
Tata Usaha dibagi lagi menjadi empat Kelompok Kerja atau Pokja, yaitu: Pokja
Penyusunan Program, Pokja Kepegawaian, Pokja Keuangan, dan Pokja Rumah Tangga.
Adapun Seksi Peragaan yang
berhubungan secara langsung dengan masyarakat, bertugas memelihara peragaan
yang telah ada, melakukan pengembangan peragaan, dan menyampaikan informasi
geologi sesuai dengan tingkat pendidikan pengunjung. Seksi Peragaan ini terbagi
menjadi dua Kelompok Kerja, yaitu: Pokja Pelayanan Pengunjung dan Pokja Program
Pengembangan Peragaan dan Edukasi.
Sedangkan Seksi Dokumentasi bertugas
untuk mendokumentasikan koleksi geologi yang terdiri dari batuan, mineral,
fosil, dan dokumen lainnya yang dianggap sangat berharga bagi sejarah dan
perkembangan ilmu geologi. Cara pendokumentasiannya adalah dengan pembersihan
koleksi secara khusus, pembuatan preparat untuk penelitian, serta penyimpanan
koleksi sebagai database museum. Untuk memperlancar tugasnya, Seksi Dokumentas
membagi kerja dalam dua Kelompok Kerja, yaitu: Pokja Koleksi Batuan dan
Mineral, dan Pokja Koleksi Fosil.
Fasilitas dan Koleksi Museum Geologi
Fasilitas penunjang, baik gedung
maupun peralatan dan perlengkapan yang dimiliki oleh Museum Geologi tergolong
lengkap, karena pada tahun 1999 pernah mendapat bantuan dari JICA (Japan
International Cooperation Agency) senilai 754,5 juta yen untuk merenovasi
gedung. Setelah selesai, gedung yang beberapa bulan ditutup untuk umum selama
masa renovasi, dibuka kembali dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Megawati
Soekarnoputri pada tanggal 23 Agustus 2000.
Hasil renovasi tahun 2000 ini
menjadikan museum memiliki 3 kelompok ruang peragaan, yaitu: Kelompok Sejarah
Kehidupan, Kelompok Geologi Indonesia, dan Kelompok Geologi dan Kehidupan
Manusia. Selain itu ada juga ruang dokumentasi untuk menyimpan koleksi secara
lebih memadai agar mudah diakses oleh pengguna, baik masyarakat umum, peneliti
maupun grup industri.
Ketiga kelompok ruang peragaan
tersebut berada pada lantai I dan II gedung museum. Lantai pertama terbagi
menjadi 3 ruang utama, yaitu: ruang orientasi di bagian tengah, ruang sayap
barat dan ruang sayap timur. Pada bagian ruang Orientasi terdapat peta geografi
Indonesia dalam bentuk relief layar lebar yang menayangkan kegiatan geologi
dalam bentuk animasi, bilik pelayanan informasi museum serta bilik pelayanan
pendidikan dan penelitian.
Selanjutnya, adalah Ruang Geologi
Indonesia yang berada di bagian sayap barat gedung museum. Di dalam Ruang
Geologi Indonesia terdapat beberapa bilik yang menyajikan informasi, berupa:
(1) hipotesis terjadinya bumi di dalam sistem tata surya1; (2)
maket model gerakan lempeng-lempeng kulit bumi yang menggambarkan tatanan
tektonik regional pembentuk geologi Indonesia berdasarkan teori tektonik
lempeng karena Indonesia terletak pada pertempuan tiga lempeng: Lempeng
Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia; (3) gambaran keadaan
geologi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Kepulauan Maluku; (4)
fosil-fosil manusia purba2; (5) beragam jenis batuan (beku, sedimen, malihan), sumber
daya mineral yang ada di setiap daerah, dan susunan kristalografi dalam bentuk
panel dan peraga asli; (6) kegiatan penelitian geologi Indonesia termasuk
peralatan atau perlengkapan lapangan, sarana pemetaan, serta hasil akhir
kegiatan berupa peta geolologi, geofisika, gunung api, geomorfologi,
seismotektonik dan publikasi-publikasi sebagai sarana pemasyarakatan data dan
informasi geologi Indonedia; (7) gambaran beberapa gunung berapi aktif di
Indonesia, seperti: Tangkuban Perahu, Krakatau, Galunggung, Merapi, dan Batu;
(8) maket kompleks Gunung Bromo-Kelud-Semeru; dan (9) beberapa batuan hasil
kegiatan gunung api yang tertata rapi di dalam lemari kaca.
Sedangkan pada bagian sayap timur
lantai I gedung museum digunakan sebagai Ruang Sejarah Kehidupan yang
memamerkan: (1) sejarah perkembangan makhluk hidup dari zaman primitif hingga
modern; (2) panel-panel gambar tentang awal terbentuknya bumi sekitar 4,6
milyar tahun yang lalu, beberapa milyar tahun sesudahnya ketika bumo sudah
mulai tentang, dan gambaran ketika bumi sudah mulai dihuni oleh makhluk hidup
bersel-tunggal; (3) replika fosil Tyrannosaurus Rex Osbon dengan panjang 19
meter, tinggi 6,5 meter dan berat 8 ton yang diperkirakan telah hidup pada masa
Mesozoikum Tengah hingga Akhir atau sekitar 210-65 juta tahun lalu; (4)
gambaran evolusi mamalia yang hidup pada zaman Tersier (6,5-1,7 juta tahun
lalu) dan Kuarter (1,7 juta tahun lalu hingga sekarang) yang terekam baik
melalui fosil-fosil binatang menyusui (gajah, badak, kerbau, kuda nil) dan
hominid yang ditemukan di beberapa tempat di Pulau Jawa; (5) panel dan maket
penampang stratigrafi sedimen Kuarter daerah Sangiran, Trinil, dan Mojokerto;
(6) fosil dan replika tengkorak manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan
beberapa tempat di dunia serta artefak yang digunakan; (7) panel mengenai
sejarah pembentukan Danau Bandung, fosil ikan dan ular yang ditemukan pada
lapisan tanah bekas Danau Bandung, dan artefak-artefak bekas manusia prasejarah
yang menghuni sepanjang tepian Danau Bandung; dan (8) informasi tentang proses
pembentukan fosil (batubara dan minyak bumi) serta keadaan lingkungan purba.
Pada lantai kedua bangunan museum
dibagi menjadi 3 ruangan utama, yaitu: ruang barat, ruang tengah dan ruang
timur. Ruang barat dipakai oleh staf museum untuk menjalankan tugas-tugasnya,
sedangkan ruang tengah dan timur digunakan sebagai ruang peraga yang dinamakan
Ruang Geologi dan Kehidupan Manusia.
Ruang tengah lantai kedua Museum
Geologi memamerkan: (1) beberapa contoh batuan asal Papua yang tertata rapi
dalam lemari kaca; (2) miniatur menara pemboran minyak dan gas bumi; dan (3)
maket pertambangan emas terbesar di dunia yang berada di Pegunungan Tengah
Papua. Dalam maket ini terdapat tambang Gransberg yang mempunyai cadangan
sekitar 2,286 miliar ton, bekas tambang Ertsberg (Gunung Bijih) yang ditutup
pada tahun 1988, dan gabungan beberapa tambang terbuka dan bawah tanah aktif
yang memberikan cadangan bijih sebanyak 2,5 miliar ton.
Adapun ruang timur atau sayap timur
lantai kedua Museum Geologi dibagi lagi menjadi 7 ruang kecil yang memberikan
informasi tentang aspek positif dan negatif tatanan geologi bagi kehidupan
manusia. Rincian ketujuh ruang pameran tersebut adalah: ruang pertama
menyajikan informasi tentang manfaat dan kegunaan mineral bagi manusia serta
panel gambar sebaran sumberdaya mineral di Indonesia; ruang kedua menampilkan
rekaman kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral; ruang ketiga
menyajikan informasi tentang pemakaian mineral dalam kehidupan sehari-hari;
ruang keempat menampilkan cara pengolahan dan pengelolaan komoditi mineral dan
energi; ruang kelima memaparkan informasi tentang berbagai jenis bahasa geologi
seperti tanah longsor, letusan gunung api dan lain sebagainya; ruang keenam
menyajikan informasi tentang aspek positif geologi terutama berkaitan dengan
gejala kegunungapian; dan ruang ketujuh menjelaskan tentang sumberdaya air dan
pemanfaatannya serta pengaruh lingkungan terhadap kelestarian sumberdaya
tersebut.
Sebagai catatan, selain ruang
peragaan yang berada di dalam gedung, pada tahun 2011 Museum Geologi melengkapi
koleksinya dengan Taman Batu Geologi. Taman seluas 400 meter persegi di depan
museum ini diresmikan oleh Kepala Badan Geologi M Suchyar di sela-sela
peringatan Hari Bumi 2011. Tujuannya, selain untuk menyimpan koleksi berupa
batuan khas Nusantara yang jumlahnya sekitar 30 jenis dengan nilai yang cukup
mahal, juga untuk mengetahui siklus batuan di Indonesia. (gufron)
1. Konon, bumi terbentuk sekitar
4.600.000.000 tahun lalu yang awalnya masih berupa bola api yang mengalami
akulasi panas akibat kontraksi gravitas peluruhan radioaktif dan hujan
mikrolit. Lambat laun inti bumi yang terdiri dari cairan besi dan nikel mulai
memisahkan diri dari mantel bumi. Seiring dengan itu, terjadi penguapan gas
besar-besaran dari dalam bumi bersama-sama dengan hidrogen dan helium membentuk
atmosfer positif yang menyebabkan proses pendinginan secara berangsur-angsur
dan membentuk kerak bumi. Masa pembentukan kerak bumi yang berlangsung
kira-kira 3.800.000.000 ini dinamakan Masa Arkeozoikum dan merupakan awal
munculnya kehidupan di dalam samudera dengan ditemukannya fosil Iyanovacteria
dan Stromatin.
Setelah Masa Arkeozoikum berakhir,
2,5 miliar hingga 590 juta tahun lalu timbul masa Protozoikum yang ditandai
dengan perkembangan hidrosfer dan atmosfer serta dimulai kehidupan yang lebih
kompleks. Kedua zaman diatas secara umum dikenal dengan nama masa Prokambium.
Masa selanjutnya adalah Paleozoikum
yang dibagi menjadi 6 zaman, yaitu: (1) Zaman Kambirum (590-500 juta tahun
lalu) yang menandakan bumi masih berbentuk lautan dengan sebuah daratan yang
disebut Ondawana yang merupakan cikal bakal benua Afrika, Asia, Australia,
Antartika, dan lain sebagainya; (2) Zaman Ordovisium (500-440 juta tahun lalu)
ditandai dengan daratan Gonswana masih menutupi celah-celah samudera, meluapnya
samudera hingga terjadi zaman es; (3) Zaman Selur (440-410 juta tahun lalu),
terjadinya pembentukan kereta pegunungan yang melintasi daerah Skandinavia,
Skotlandia, dan pantai Amerika Utara; (4) Zaman Devon (410-360 juta tahun lalu)
ditandai dengan menurunnya air samudera sehingga menyebabkan terbentuknya
daerah yang sekarang menjadi Eropa Timur dan Greenland; (5) Zaman Karbon Kwali
(360-260 juta tahun lalu) ditandai dengan penyatuan benua membentuk daratan
yang iklim daerahnya bergantung pada letak geografis dan astronomisnya
masing-masing; dan (6) Zaman Perme (260-250 juta tahun lalu) ditandai dengan
pembentukan Antartika dan Afrika karena air mulai menyurut sehingga menyebabkan
terjadinya iklum kering gurun pasir di daerah utara.
Kemudian Masa Mesozoikum yang
terbagi menjadi 3 zaman, yaitu: (1) Zaman Tiras (250-210 juta tahun lalu),
terjadi pergeseran Benua Pangea ke arah utara dan lembaran-lembaran es di
daerah selatan mulai mencair; (2) Zaman Jura (210-140 juta tahun lalu),
ditandai terpecahnya Benua Pangea menjadi beberapa bagian. Daratan yang
sekarang menjadi Amerika Utara memisahkan diri dari Afrika, Amerika Selatan
memisahkan diri dari daratan Antartika dan Australia; dan (3) Zaman Kapur
(140-65 juta tahun lalu), ditandai dengan terlepasnya India dari Afrika daratan
menuju ke Asia.
Terakhir, Masa Konozoikum yang
terbagi menjadi 6 zaman, yaitu: (1) Kala Paleosin (67-56,7 juta tahun lalu),
ditandai dengan kegiatan magma secara intensif, busur lava yang besar dan hujan
meteorit. Pada kala ini mulai muncul hewan primata, burung dan reptilia; (2)
Kala Eosen (56,7-35,5 juta tahun lalu) ketika Benua Afrika menabrak Benua Eropa
sementara India masih bergerak menuju Asia dan mengangkat Pegunungan Alpen dan
Himalaya. Tekanan antarbenua tersebut membentuk cekungan samudera dan
menyebabkan turunnya permukaan air laut; (3) Kala Oligosen (35,5-24 juta tahun
lalu) ditandai dengan daratan yang kuan meluas dan pergerakan kerak bumi
terjadi di Benua Amerika dan Eropa; (4) Kala Miosen (24-5 juta tahun lalu)
ditandai dengan semakin luasnya padang rumpun dan semakin berkurangnya hutan;
(5) Kala Pliosen (5-1,8 juta tahun lalu) ditandai dengan semakin berkurangnya
jumlah tumbuhan karena cuaca dingin; dan (6) Kala Plestosen (1,8-0,01 juta
tahun lalu) ditandai oleh beberapa kali glasiasi (zaman es) yang menutupi
sebagian besar Eropa, Amerika Utara, Asia Utara, pegunungan Alpen, Himalaya,
dan Cherpathia.
2. Fosil-fosil manusia yang ada di
Museum Geologi diantaranya adalah: (1) Meganthropus Paleojavanicus yang
bercirikan tulang pipi tebal, tonjolan tulang kepala tajam, telah berdiri
tegak, dan tempat pelekatan bagi otot-otot yang sangat kuat; (2)
Phitecanthropus Erectus yang bercirikan tinggi antara 165-180 sentimeter, tubuh
tegap, muka memiliki tonjolan, hidung lebar, tengkorak belakang kepala agak
menyudut, serta isi tengkorak berkisar antara 750-1000 cc; dan (3) Homo Sapiens
yang tingginya antara 130-210 sentimeter, mukanya datar dan lebar, akar hidung
lebar, bagian mulut agak sedikit menonjol, dahi membulat, rahang dan gigi
mengecil, serta isi tengkorak antara 1350-1450 cc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar