Jilboobs pelesetan dari kata jilbab dan boobs alias dada wanita. Sindiran untuk wanita yang mengenakan hijab tapi masih hobi berbusana seksi.
Menurut aturan Agama Islam, jilbab seharusnya panjang menutupi dada. Pakaiannya pun tak ketat sehingga menyembunyikan lekuk tubuh. Namun para pengguna Jilbobs ini rata-rata mengenakan jilbab pendek di atas dada mereka.
Fenomena ini menjadi perdebatan di dunia maya. Ada yang memberikan dukungan, ada pula yang mengecam.
Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah menyebut rata-rata pemakai jilbab seperti ini baru belajar memakai jilbab. Musni menilai mereka tak bisa terlalu disalahkan karena masih dalam proses berhijab. Namun alangkah baiknya secara pelan-pelan mereka memperbaiki busana sehingga syari.
"Ini sisi perbedaan dari kaum muda yang punya kreasi baru. Sebaiknya tidak menonjolkan hal-hal yang bisa memancing birahi dari laki-laki," kata Musni.
Berikut 5 fenomena jilbab seksi yang jadi perdebatan di dunia maya:
1.
Langkah awal memakai jilbab
Sosiolog Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
Musni Umar memandang tidak seharusnya semua orang menyalahkan pengguna
hijab namun tetap menonjolkan bagian erotisnya. Sebagai remaja, mereka
seyogyanya diberikan dukungan karena telah memutuskan memakai jilbab."Ini suatu proses yang bagus untuk anak-anak muda untuk pakai jilbab, toh berikutnya bisa diberikan kesadaran agar jangan erotis, ada proses lanjutannya," tandasnya.
Dukungan tentunya sangat dibutuhkan mereka agar bersemangat dan melanjutkan niatnya untuk terus berjilbab. Jika sejak awal sudah mendapat cercaan atau kritik, bukan tidak mungkin kaum remaja putri tersebut menarik kembali niatnya.
"Jangan baru apa-apa sudah cela mereka, sudah tidak memberi apresiasi pada anak-anak remaja, malah mempermalukan mereka di depan umum, kritik mereka. Ini proses perubahan sisi lama ke kehidupan baru, diberi pengertian agar tidak merangsang lawan jenis," pinta Musni.
2.
Tarik perhatian lawan jenis
Walau sudah memakai hijab, namun banyak di antaranya yang ingin tetap
menonjolkan bagian-bagian yang dianggap memiliki kelebihan. Hal itulah
yang kemudian membuat remaja perempuan memilih pakaian-pakaian ketat
hingga memperlihatkan sisi erotis mereka.
"Kemudian sisi-sisi
erotis tetap ditonjolkan untuk menarik perhatian lawan jenis. Ini
terjadi di kota-kota besar di tengah kebebasan berekspresi, memakai
pakaian modis dari berbagai jenis muncul kreasi-kreasi baru," tandas
Musni.
Meski demikian, bukan berarti orang-orang dengan mudahnya
mencela atau menghakimi cara berpakaian mereka. Sebab, hal itu merupakan
sebuah proses baru menjalani kehidupannya di masa mendatang.
"Jangan
baru apa-apa sudah cela mereka, sudah tidak memberi apresiasi pada
anak-anak remaja, malah mempermalukan mereka di depan umum, kritik
mereka. Ini proses perubahan sisi lama ke kehidupan baru, diberi
pengertian agar tidak merangsang lawan jenis," pinta Musni.
3.
Ingin terlihat modis
Sosiolog Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
Musni Umar melihat fenomena jilboobs bukan sesuatu yang perlu
dikhawatirkan. Meski, penggunanya mengenakan hijab, namun tetap
memperlihatkan bagian-bagian erotis di tubuhnya.
Berjilbab kini
menjadi tren baru bagi kaum remaja. Selain melihat sekelompok artis yang
mulai gandrung memakainya, penggunaan jilbab dianggap lebih praktis dan
mudah.
"Remaja itu sangat gandrung fashion, dan kreatif. Jadi
kreatif itu sendiri melihat tren pakai jilbab tengah menjadi tren,
artis-artis lain pakai. Mereka yang muda-muda bagus di sini, melihat
jilbab lebih praktis lebih modis," kata Musni saat berbincang dengan merdeka.com.
Dengan
berjalannya waktu, pakaian hijab yang dikenakan kaum remaja ini
mendapat protes keras dari penganut konvensional. Mereka berpandangan,
jilbab seharusnya dipakai untuk menutup aurat, bukan sekedar pakaian
modis atau menarik perhatian lawan jenis.
"Ini sisi perbedaan
dari kaum muda yang punya kreasi baru. Pada sisi lain orang-orang tua
atau mungkin yang sudah usianya sebaya, puluhan tahun yang tetap ingin
lihat jilbab itu bukan mode, tapi adalah dalam rangka menutup aurat.
Sebaiknya tidak menonjolkan hal-hal yang bisa memancing birahi dari
laki-laki," paparnya.
4.
Hina bagi hijabers
Istilah Jilboobs menjadi perbincangan di sosial media. Jilboobs
adalah sebutan untuk menyindir wanita yang mengenakan jilbab tapi tetap
berpakaian ketat hingga bentuk tubuh tercetak jelas.
Wakil Ketua
Komunitas Hijabers Depok, Feni mengaku kesal dengan penggunaan istilah
Jilboobs. Sebab, kata-kata tersebut merupakan penghinaan bagi perempuan
pengguna jilbab.
"Kita rasa terhina," ucap Feni , Rabu (6/8).
Feni
memandang, pemakaian jilbab untuk kaum remaja sendiri masih dalam
proses pembelajaran. Sehingga, mereka pun tidak dapat disalahkan
sepenuhnya atas penggunaan jilbab yang masih belum memenuhi syari.
"Karena jilbab perlu perlu proses, tidak bisa blek syari. Perlu proses," tandasnya.
5.
Adu domba Islam dan wanita berjilbab
Feni meyakini ada pihak yang sengaja membuat istilah tersebut, apalagi
jilbab tengah menjadi tren di kalangan anak muda. Dengan demikian, kaum
remaja berpikir ulang ketika akan mengenakan hijab.
"Istilah jilboobs itu ada pihak-pihak yang mau adu domba antara Islam dan kerudung," ucapnya.
Meski
demikian, Feni dan rekan-rekannya sesama pengguna hijab tidak
terpengaruh dengan istilah tersebut. Mereka tetap berupaya
memperkenalkan pemakaian jilbab di setiap momen.
"Teman-teman
alhamdulillah jarang ada dari anggota kita, jilboobs, karena mereka
sudah berpendidikan pakai jilbab seperti apa, paling pakai jins, tanpa
menunjukkan aurat-aurat. Kalau ada event kita pakai pakaian yang sopan,"
tutupnya.
"Kemudian sisi-sisi erotis tetap ditonjolkan untuk menarik perhatian lawan jenis. Ini terjadi di kota-kota besar di tengah kebebasan berekspresi, memakai pakaian modis dari berbagai jenis muncul kreasi-kreasi baru," tandas Musni.
Meski demikian, bukan berarti orang-orang dengan mudahnya mencela atau menghakimi cara berpakaian mereka. Sebab, hal itu merupakan sebuah proses baru menjalani kehidupannya di masa mendatang.
"Jangan baru apa-apa sudah cela mereka, sudah tidak memberi apresiasi pada anak-anak remaja, malah mempermalukan mereka di depan umum, kritik mereka. Ini proses perubahan sisi lama ke kehidupan baru, diberi pengertian agar tidak merangsang lawan jenis," pinta Musni.
3.
Ingin terlihat modis
Sosiolog Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
Musni Umar melihat fenomena jilboobs bukan sesuatu yang perlu
dikhawatirkan. Meski, penggunanya mengenakan hijab, namun tetap
memperlihatkan bagian-bagian erotis di tubuhnya.
Berjilbab kini
menjadi tren baru bagi kaum remaja. Selain melihat sekelompok artis yang
mulai gandrung memakainya, penggunaan jilbab dianggap lebih praktis dan
mudah.
"Remaja itu sangat gandrung fashion, dan kreatif. Jadi
kreatif itu sendiri melihat tren pakai jilbab tengah menjadi tren,
artis-artis lain pakai. Mereka yang muda-muda bagus di sini, melihat
jilbab lebih praktis lebih modis," kata Musni saat berbincang dengan merdeka.com.
Dengan
berjalannya waktu, pakaian hijab yang dikenakan kaum remaja ini
mendapat protes keras dari penganut konvensional. Mereka berpandangan,
jilbab seharusnya dipakai untuk menutup aurat, bukan sekedar pakaian
modis atau menarik perhatian lawan jenis.
"Ini sisi perbedaan
dari kaum muda yang punya kreasi baru. Pada sisi lain orang-orang tua
atau mungkin yang sudah usianya sebaya, puluhan tahun yang tetap ingin
lihat jilbab itu bukan mode, tapi adalah dalam rangka menutup aurat.
Sebaiknya tidak menonjolkan hal-hal yang bisa memancing birahi dari
laki-laki," paparnya.
4.
Hina bagi hijabers
Istilah Jilboobs menjadi perbincangan di sosial media. Jilboobs
adalah sebutan untuk menyindir wanita yang mengenakan jilbab tapi tetap
berpakaian ketat hingga bentuk tubuh tercetak jelas.
Wakil Ketua
Komunitas Hijabers Depok, Feni mengaku kesal dengan penggunaan istilah
Jilboobs. Sebab, kata-kata tersebut merupakan penghinaan bagi perempuan
pengguna jilbab.
"Kita rasa terhina," ucap Feni , Rabu (6/8).
Feni
memandang, pemakaian jilbab untuk kaum remaja sendiri masih dalam
proses pembelajaran. Sehingga, mereka pun tidak dapat disalahkan
sepenuhnya atas penggunaan jilbab yang masih belum memenuhi syari.
"Karena jilbab perlu perlu proses, tidak bisa blek syari. Perlu proses," tandasnya.
5.
Adu domba Islam dan wanita berjilbab
Feni meyakini ada pihak yang sengaja membuat istilah tersebut, apalagi
jilbab tengah menjadi tren di kalangan anak muda. Dengan demikian, kaum
remaja berpikir ulang ketika akan mengenakan hijab.
"Istilah jilboobs itu ada pihak-pihak yang mau adu domba antara Islam dan kerudung," ucapnya.
Meski
demikian, Feni dan rekan-rekannya sesama pengguna hijab tidak
terpengaruh dengan istilah tersebut. Mereka tetap berupaya
memperkenalkan pemakaian jilbab di setiap momen.
"Teman-teman
alhamdulillah jarang ada dari anggota kita, jilboobs, karena mereka
sudah berpendidikan pakai jilbab seperti apa, paling pakai jins, tanpa
menunjukkan aurat-aurat. Kalau ada event kita pakai pakaian yang sopan,"
tutupnya.
"Istilah jilboobs itu ada pihak-pihak yang mau adu domba antara Islam dan kerudung," ucapnya.
Meski demikian, Feni dan rekan-rekannya sesama pengguna hijab tidak terpengaruh dengan istilah tersebut. Mereka tetap berupaya memperkenalkan pemakaian jilbab di setiap momen.
"Teman-teman alhamdulillah jarang ada dari anggota kita, jilboobs, karena mereka sudah berpendidikan pakai jilbab seperti apa, paling pakai jins, tanpa menunjukkan aurat-aurat. Kalau ada event kita pakai pakaian yang sopan," tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar