KESULTANAN
BANTEN
Pada awalnya Banten adalah daerah
kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Pajajaran mengadakan hubungan dengan Portugis di
Malaka guna membendung meluasnya kekuasaan Demak. Akibatnya, pada tahun 1526
Sultan Trenggono dari Demak segera mengutus Faletehan dan Pangeran Carbon
(masih mempunyai hubungan dengan keluarga raja Pakuan Pajajaran yang beragama
Islam) untuk merebut Banten dan pantai utara Jawa Barat. Usaha itu berhasil
dengan gemilang, Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon jatuh ke tangan Faletehan.
Sejak itu, Agama Islam berkembang pesat di Jawa Barat. Banten segera tumbuh
menjadi Bandar yang penting di selat Sunda setelah Malaka jatuh ke tangan
Portugis (1511) karena pedagang-pedagang dari Gujarat, India, Timur Tengah, dan
sebagainya enggan berlabuh ke Malaka.
Pada tahun 1552 Faletehan
menyerahkan pemerintah Banten kepada putranya Hasanuddin. Faletehan pergi ke
Cirebon untuk berdakwah dan mengajarkan agama Islam sampai ia wafat (1570). Ia
diamakamkan di Desa Gunung Jati, karena itu ia dikenal sebagai sunan Gunung
Jati. Dibawah pemerintahan Hasanuddin (1552-1570) Banten cepat berkembang
menjadi besar. Wilayahnya meluas sampai ke Lampung, Bengkulu, dan Palembang.
Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan
pelayaran yang ramai karena Banten dan Lampung menghasilkan lada dan pala dalam
jumlah besar. Banyak pedagang dari Cina, India, Gujarat, Parsi, dan Arab
setelah berlabuh di Aceh lalu meneruskan pelayarannya lewat pantai barat
Sumatra menuju Banten. Demikian pula pedagang-pedagang dari Kalimantan,
Makasar, Nusa Tenggara dan Maluku banyak yang datang ke Banten. Oleh karena
itu, Banten menajdi saingan berat untuk Malaka. Karena saat itu situasi politik
dan pemerintahan di Demak kacau, pada tahun 1568 Hasanuddin melepaskan diri
dari kekuasaan Demak.
Hasanuddin wafat tahun 1570,
kemudian digantikan oleh putranya Yusuf. Sultan Yusuf berhasil memperluas
daerah kekuasaannya hingga kepedalaman. Pada tahun 1579 kekuasan Kerajaan
Pajajaran dapat ditaklukan, ibu kotanya direbut dan rajanya (Prabu Sedah) tewas
dalam pertempuran. Sejak itu tamatlah riwayat kerajaan Hindu di Jawa Barat.
Sultan Yusuf wafat tahun 1580.
Sesaat sebelum ia wafat, saudaranya yang medapat pendidikan di Istana
Kalimanyat (Jepara) datang untuk menggantikan tahta kakaknya, tetapi ditolak oleh
para pembesar kesultanan dan akhirnya terjadilah pertempuran sengit. Para
pengawal dari Jepara terdesak dan maksud mereka gagal. Setelah peristiwa itu,
putra Yusuf yaitu Maulana Muhammad yang baru berusia 9 tahun diangkat menjadi
Raja dengan gelar Ratu Banten di bawah perwakilan Mangkubumi.
Masa pemerintahan Maulana Muhammad
berlangsung dari tahun 1580-1605. Pada masa itulah pedagang Belanda pertama
kali masuk ke Banten (1596) yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman.
Pada tahun 1605 Ratu Banten
memimpin armadanya untuk merebut Palembang, tetapi gagal. Bahkan ia sendiri
tewas dalam pertempuran di Palembang. Penggantinya adalah Abulmufakir yang
masih kanak-kanak. Ia didampingi oleh waalinya yang bernama Pangeran
Ranamenggala, perdagangan di Banten berkembang pesat. Para pedagang muslim
tidak lagi berdagang di Malaka melainkan ke Banten karena Malaka jatuh ke
tangan Portugis. Setelah Pangeran Ranamenggala wafat tahun 1624, Banten
mengalami kemerosotan. Banten mencapai puncak kejayaan kembali pada masa
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar