HELLO KITTY

HELLO KITTY
KITTY

Kamis, 31 Desember 2015

KESULTANAN BANTEN


KESULTANAN BANTEN


Pada awalnya Banten adalah daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Pajajaran mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka guna membendung meluasnya kekuasaan Demak. Akibatnya, pada tahun 1526 Sultan Trenggono dari Demak segera mengutus Faletehan dan Pangeran Carbon (masih mempunyai hubungan dengan keluarga raja Pakuan Pajajaran yang beragama Islam) untuk merebut Banten dan pantai utara Jawa Barat. Usaha itu berhasil dengan gemilang, Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon jatuh ke tangan Faletehan. Sejak itu, Agama Islam berkembang pesat di Jawa Barat. Banten segera tumbuh menjadi Bandar yang penting di selat Sunda setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511) karena pedagang-pedagang dari Gujarat, India, Timur Tengah, dan sebagainya enggan berlabuh ke Malaka.
Pada tahun 1552 Faletehan menyerahkan pemerintah Banten kepada putranya Hasanuddin. Faletehan pergi ke Cirebon untuk berdakwah dan mengajarkan agama Islam sampai ia wafat (1570). Ia diamakamkan di Desa Gunung Jati, karena itu ia dikenal sebagai sunan Gunung Jati. Dibawah pemerintahan Hasanuddin (1552-1570) Banten cepat berkembang menjadi besar. Wilayahnya meluas sampai ke Lampung, Bengkulu, dan Palembang.
Banten  tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai karena Banten dan Lampung menghasilkan lada dan pala dalam jumlah besar. Banyak pedagang dari Cina, India, Gujarat, Parsi, dan Arab setelah berlabuh di Aceh lalu meneruskan pelayarannya lewat pantai barat Sumatra menuju Banten. Demikian pula pedagang-pedagang dari Kalimantan, Makasar, Nusa Tenggara dan Maluku banyak yang datang ke Banten. Oleh karena itu, Banten menajdi saingan berat untuk Malaka. Karena saat itu situasi politik dan pemerintahan di Demak kacau, pada tahun 1568 Hasanuddin melepaskan diri dari kekuasaan Demak.
Hasanuddin wafat tahun 1570, kemudian digantikan oleh putranya Yusuf. Sultan Yusuf berhasil memperluas daerah kekuasaannya hingga kepedalaman. Pada tahun 1579 kekuasan Kerajaan Pajajaran dapat ditaklukan, ibu kotanya direbut dan rajanya (Prabu Sedah) tewas dalam pertempuran. Sejak itu tamatlah riwayat kerajaan Hindu di Jawa Barat.
Sultan Yusuf wafat tahun 1580. Sesaat sebelum ia wafat, saudaranya yang medapat pendidikan di Istana Kalimanyat (Jepara) datang untuk menggantikan tahta kakaknya, tetapi ditolak oleh para pembesar kesultanan dan akhirnya terjadilah pertempuran sengit. Para pengawal dari Jepara terdesak dan maksud mereka gagal. Setelah peristiwa itu, putra Yusuf yaitu Maulana Muhammad yang baru berusia 9 tahun diangkat menjadi Raja dengan gelar Ratu Banten di bawah perwakilan Mangkubumi.
Masa pemerintahan Maulana Muhammad berlangsung dari tahun 1580-1605. Pada masa itulah pedagang Belanda pertama kali masuk ke Banten (1596) yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman.
Pada tahun 1605 Ratu Banten memimpin armadanya untuk merebut Palembang, tetapi gagal. Bahkan ia sendiri tewas dalam pertempuran di Palembang. Penggantinya adalah Abulmufakir yang masih kanak-kanak. Ia didampingi oleh waalinya yang bernama Pangeran Ranamenggala, perdagangan di Banten berkembang pesat. Para pedagang muslim tidak lagi berdagang di Malaka melainkan ke Banten karena Malaka jatuh ke tangan Portugis. Setelah Pangeran Ranamenggala wafat tahun 1624, Banten mengalami kemerosotan. Banten mencapai puncak kejayaan kembali pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar