BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Al-Qur’an adalah petunjuk suci untuk umat islam dalam semua aspek
kehidupan dunia dan akhirat. Sebagai wahyu Ilahi, Al-Qur’an berisi sunatullah
dalam bentuk kode. Yang dimaksudkan dengan sunatullah adalah hukum Allah tentang
alam, tentang semua AlmahlukNya. Sunatullah yang sudah diketahui manusia
disebut kaidah ilmiah atau hukum-hukum ilmu pengetahuan yang merupakan temuan
ilmiah dari manusia.
Kedalaman dan ruang lingkup yang begitu luas dan sunatullah harus
menghadapi keterbatasan dari bahasa manusia, yaitu bahasa arab. Oleh karena itu
sunatullah dalam ayat-ayat Al-Qur’an harus dinyatakan dalam bentuk yang sangat
padat, terkonsentrasi, kental, dan yang paling penting adalah dinyatakan dalam
bentuk yang tersamar dan terselubung dalam bentuk kode yang hanya bisa
ditangkap dengan isyaratnya. Tugas pembaca Al-Qur’an adalah memecah kode untuk
menyingkap misteri yang terkandung dalam suatu ayat, untuk memeras saripati
dari terjemahan artinya, maupun dari tafsir dan taqwilnya. Situasinya sekarang
bertambah jelas. Terdapat dua simpul dalam hubungan antara sunatullah dan
temuan ilmu pengetahuan dan teknologi (scientific findings) pada simpul (hulu)
terdapat sunatullah yang terkode, tersamar dalam ayat Al-Qur’an. Sedangkan pada
simpul (hilir) terdapat temuan iptek dalam satu atau lebih disiplin iptek.
Perkembangan
IPTEK di zaman ini semakin terasa pesat dan diperlukan manusia. Perkembangan
IPTEK merupakan hasil dari segala
langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan IPTEK.
Manusia
modern sudah sangat bergantung kepada produk-produk IPTEK. Sukar untuk
dibayangkan manusia modern hidup tanpa menggunakan produk-produk IPTEK.
Keperluan hidup harian manusia modern mulai dari makan, minum, tidur, tempat
tinggal, tempat bekerja, alat-alat transportasi, sampai alat-alat komunikasi,
alat-alat hiburan,kesehatan dan semua aspek kehidupan manusia tidak terlepas
dari produk IPTEK.
Kita
mengakui bahwa IPTEK memang telah mengambil peranan penting dalam pembangunan
tamadun atau peradaban material manusia. Penemuan-penemuan IPTEK telah
memberikan bermacam-macam kemudahan pada manusia. Dan Islam berperan penting
dalam perkembangan IPTEK, bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar
pemanfaatan IPTEK. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib
dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan IPTEK, bagaimana pun juga bentuknya.
IPTEK yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam.
Sedangkan IPTEK yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan
syariah Islam. Dengan IPTEK dalam Islam, kita perlu mengembangkan potensi dan
memanfaatkan sumber daya alam dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur’an dan
as-sunnah sebagai rasa syukur kita terhadap sumber daya alam yang beranekaragam
diciptakan untuk kita semua.
1.2 Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian IPTEK.
2.
Mengetahui pandangan Islam tentang IPTEK.
3.
Mengetahui makna IPTEK dalam AL-Qur’an.
4.
Mengetahui perintah mempelajari IPTEK.
1.3
Teknik Pengumpulan Data
1.
Studi
Kepustakaan
Kami mengumpulkan materi dari buku- buku agama Islam
untuk referensi dan kami jadikan pembahasan dalam makalah ini
1.4
Sistematika Penulisan
Dalam karya tulis ini, akan dijelaskan hasil penelitian
karya ilmiah ini dimulai dari
Bab
satu yaitu pendahuluan meliputi latar belakang , tujuan makalah, teknik pengumpulan
data dan sistematika penulisan.
Bab dua yaitu, permasalahan meliputi perumusan dan pembatasan masalah.
Bab tiga yaitu pembahasan yang kami sesuaikan dengan
pembahasan yang telah kami rangkum dari buku-buku referensi kami .
Bab yang terakhir yaitu, penutup . Dalam penutup kami
menyimpulkan uraian yang telah kami sampaikan sebelumnya. Serta memberikan saran mengenai apa yang baiknya kita
lakukan agar kita bisa memanfaatkan dan menanggapi perkembangan IPTEK dalam Islam.
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Apakah pengertian IPTEK?
2. Pandangan Islam tentang IPTEK
3. IPTEK dalam AL-Qur`an
4. Perintah
mempelajari IPTEK
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengertian Iptek
Ilmu dalam
bahasa Arab `ilm berarti memahami, mengerti atau mengetahui. `Ilm menurut
bahasa berarti kejelasan, karena itu segala kata yang terbentuk dari akar
katanya mempunyai ciri kejelasan. Misalnya: `alam (bendera), `ulmat (bibir
sumbing), a`lam (gunung-gunung), `alamat (alamat), dan sebagainya. Ilmu adalah
pengetahuan yang jelas tentang segala sesuatu.
Ilmu atau
sains memiliki arti lebih spesifik yaitu usaha mencari pendekatan rasional dan
pengumpulan fakta-fakta empiris, dengan melalui pendekatan keilmuan akan
didapatkan sejumlah pengetahuan atau juga dapat dikatakan ilmu adalah sebagai
pengetahuan yang ilmiah.
Menurut Jan
Hendrik Rapar menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah (scientific knowledge)
adalah pengetahuan yang diperoleh lewat penggunaan metode-metode ilmiah yang
lebih menjamin kepastian kebenaran yang dicapai Pengetahuan yang demikian
dikenal juga dengan sebutan science.
Teknologi
adalah penerapan ilmu-ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna mencapai suatu
tujuan tertentu, atau dapat dikatakan juga teknologi adalah ilmu tentang
penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi suatu tujuan.
Teknologi
adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari
segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan
iptek.
Berdasarkan
beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah suatu cara menerapkan kemampuan teknik yang berlandaskan ilmu
pengetahuan dan berdasarkan proses teknis tertentu untuk memanfaatkan alam bagi
kesejahteraan dan terpenuhinya suatu tujuan.
3.2
Pandangan Islam Tentang Iptek
Kemajuan
Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia kini telah dikuasai peradaban Barat,
kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek
modern tersebut membuat banyak orang mengagumi kemudian meniru-niru dalam gaya
hidup tanpa diseleksi terlebih dulu terhadap segala dampak negatif dimasa
mendatang atau krisis multidimensional yang diakibatkannya. Islam tidak
menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga tidak anti terhadap
barang-barang produk teknologi baik dimasa lampau, sekarang maupun yang akan
datang.
Dalam
pandangan Islam, menurut hukum asalnya segala sesuatu itu mubah termasuk segala
apa yang disajikan berbagai peradaban, semua tidak ada yang haram kecuali jika
terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti, karena Islam bukan agama
yang sempit. Adapun peradaban modern yang begitu luas memasyarakatkan
produk-produk teknologi canggih seperti televisi vidio alat-alat komunikasi dan
barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap
orang tua, muda atau anak-anak yang tentunya alat-alat itu tidak bertanggung
jawab atas apa yang diakibatkannya, tetapi menjadi tanggung jawab manusia yang
menggunakan dan mengopersionalkannya. Produk iptek ada yang bermanfaat
manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat dan dapat pula mendatangkan
dosa dan malapetaka manakala digunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan
kesenangan semata.
Islam tidak
menghambat kemajuan Iptek, tidak anti produk teknologi, tidak akan bertentangan
dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, asalkan dengan
analisa-analisa yang teliti, obyekitf dan tidak bertentangan dengan dasar
al-Qur`an.
3.3 Ilmu
Pengetahuan Dan Teknologi Dalam Al-Qur`An
Bagi ilmuwan
al-Qur`an adalah inspirator, maknanya bahwa dalam al-Qur’an banyak terkandung
teks-teks (ayat-ayat) yang mendorong manusia untuk melihat, memandang,
berfikir, serta mencermati fenomena-fenomena alam semesta ciptaan Tuhan yang
menarik untuk diselidiki, diteliti dan dikembangkan. Al-Qur’an menantang
manusia untuk menggunakan akal fikirannya seoptimal mungkin.
Al-Qur`an
memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia, baik yang sudah diketahui
maupun belum diketahui. Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pun
disebutkan berulang-ulang dengan tujuan agar manusia bertindak untuk melakukan
nazhar. Nazhar adalah mempraktekkan metode, mengadakan observasi dan penelitian
ilmiah terhadap segala macam peristiwa alam di seluruh jagad ini, juga terhadap
lingkungan keadaan masyarakat dan historisitas bangsa-bangsa zaman
dahulu. Sebagaimana firman Allah berikut ini:

Dalam
al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang memberikan motivasi agar manusia menggunakan
akal fikiran untuk membaca dan mengamati fenomena-fenomena alam semesta.
Teks-teks al-Qur’an yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
sebagai berikut:
- Al-Qur`an Sebagai Produk Wujud Iptek Allah
Al-Qur`an
menuntun manusia pada jalur-jalur riset yang akan ditempuh sehingga manusia
memperoleh hasil yang benar. Al-Qur`an juga sebagai hudan memberi kecerahan
pada akal manusia, kebenaran hasil riset dapat diukur dari kesesuaian rumus
baku, dan antara akal dengan naql.
Al-Qur`an
merupakan rumus baku, alam semesta dengan segala perubahannya sebagai persoalan
yang layak dan perlu dijawab, maka al-Qur`an sebagai kamus alam semesta. Solusi
tentang teka-teki alam semesta akan terselesaikan dengan benar jika digunakan
formula yang tepat yaitu al-Qur`an. Dengan demikian ayat-ayat kauniyah dan
ayat-ayat Qur’aniyah akan berjalan secara pararel dan seimbang. Ilmu
pengetahuan seperti ini jika menjelma menjadi teknologi maka akan menjadikan
teknologi berbasiskan Qur’an atau teknologi yang Qur’anik.
Banyak ayat
Al-Qur’an yang menyinggung tentang pengembangan iptek, seperti wahyu pertama
QS. Al-`Alaq 1-5 menyuruh manusia untuk membaca, menulis, melakukan penelitian
dengan dilandasi iman dan akhlak yang mulia. Sedangkan perintah untuk melakukan
penelitian secara jelas terdapat dalam QS. Al-Ghasiyah, ayat 17-20:
أَفَلاَ يَنْظُرُوْنَ إِلَى اْلإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى اْلأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20)
Artinya:
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan
langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. Al-Ghasiyah: 17-20)
Dari
ayat-ayat tersebut, maka munculah di lingkungan umat Islam suatu kegiatan
observasional yang disertai dengan pengukuran, sehingga ilmu tidak lagi
bersifat kontemplatif seperti yang berkembang di Yunani, melainkan memiliki
ciri empiris sehingga tersusunlah dasar-dasar sains.
وَمِنْ كُلِّّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ
Artinya:
”Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat
kebesaran Allah”. (QS. Az Zariyat: 49)
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ اْلأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ اْلأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لاَ يَعْلَمُوْنَ
Artinya:
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari
apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa
yang tidak mereka ketahui”. (QS. Yasin: 36)
Dari ayat di
atas dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk secara berpasang-pasangan,
seperti ada siang dan malam, positif dan negatif, wanita dan pria, elektron dan
positron. Terjadinya pasangan elektron dan positron di dalam fisika inti
dikenal pembentukan ion dimana radiasi gelombang elektron magnetik memiliki
tenaga di atas 1.02 Mev. Ayat ini dapat diartikan sebagai perintah untuk
melakukan penelitian. Karena dengan melakukan penelitian hal-hal yang tadinya
belum terungkap menjadi terungkap.
b.
Al-Quran Sebagai Prediktor
Beberapa
ayat Al Quran menyatakan ramalannya kejadian pada masa yang akan datang baik
masa yang jauh maupun masa yang dekat, yang sebagian merupakan mata rantai
sebab akibat (kausalitas). Oleh sebab itu jika sebab ini merupakan data-data
yang dapat dirunut oleh manusia secara komprehensip, maka akibat yang
ditimbulkan kelak akan dapat diketahui sebelum terjadi dengan intensitas
keyakinan yang cukup tinggi.
Berikut ini
contoh ayat-ayat tersebut:
ظَهَرَ الْفَسَادَ فِي اْلبَرِّّ وَالْبَحْرِ بِمَا
كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
Artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan
manusia...” (QS. Ar Rum: 41)
قَالَ تَزْرَعُوْنَ سَبْعَ سِنِيْنَ
دَأَبَا فَمَا حَصَدْتُمْ فَذَرُوْهُ فِي سُنْبُلِهِ إِلاَّ قَلِيْلاً مِمَّا
تَأْكُلُوْنَ (47) ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَأْكُلْنَ مَا
قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ إِلاَّ قَلِيْلاً مِمَّا تُحْصِنُوْنَ (48)
Artinya:
"Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)
sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya
kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun
yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya
(tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. (QS.
Yusuf: 47-48)
إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِيْنَ فِيْهَا
أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ (6) إِنَّ الَّذِيْنَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا ْالأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (8)
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang
musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka
kekal di dalamnya. Mereka itu
adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka
di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang
takut kepada Tuhannya. (Qs. Bayinah: 6-8).
c.
Al-Qur`an Sebagai Sumber Motivasi
Al Quran
mendorong atau memberi motivasi kepada manusia untuk melakukan penjelajahan
angkasa luar dan di bumi, perhatikan firman Allah berikut ini:
يَا
مَعْشَرَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ
السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ فَانْفُذُوا لاَ تَنْفُذُون إِلاَّ بِسُلْطَانٍ
Artinya: Hai
sekumpulan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan (sulthon). (QS. Ar Rahman: 33)
Kemudian
tentang penjelajahan di bumi, perhatikan firman berikut ini:
أَوَلَمْ
يَرَوْا إِلَى اْلأَرْضِ كَمْ أَنْبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيْمٍ
Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan
di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? (QS. As Syu’ara: 7)
Islam tidak
melarang untuk memikirkan masalah teknologi modern atau ilmu pengetahuan yang
sifatnya menuju modernisasi pemikiran manusia genius, profesional, dan
konstruktif serta aspiratif terhadap permaslahan yang timbul dalam kehidupan
sehari-hari.
d.
Al-Quran dan Simplikasi (Penyederhanaan)
Alam semesta
ini membentuk struktur yang sangat teratur, dan bergerak dengan teratur.
Keteraturan gerak alam semesta ini lebih memudahkan manusia untuk
menyederhanakan fenomena-fenomena yang terkait ke dalam bahasa ilmu pengetahuan
(matematika, fisika, kimia biologi dan lain-lain). Sehingga manusia dapat
menjadi operator yang mampu mewakili peristiwa yang terjadi di alam semesta. Untuk
meraih teknologi tinggi tidak perlu merasa tidak mampu, dengan semangat tinggi
dan tidak menganggap bahwa high tech merupakan sesuatu yang mustahil untuk
dicapai, maka high tech akan dapat diraih.
Perhatikan
firman Allah berikut ini:
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ
اْلأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَاْلأَنْعَامُ حَتىَّ إِذَا أَخَذَتِ
اْلأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنْهُمْ قَادِرُوْنَ
عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيْدًا
كَأَنْ لَّمْ تَغْنَ بِاْلأَمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ اْلآَيَاتِ لِقَوْمٍ
يَّتَفَكَّرُوْنَ
Artinya:
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang
kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya. Karena, air itu tanam-tanaman bumi, diantaranya
ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga
apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya
dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah
kepadanya azab kami diwaktu malam atau siang, lalu kami jadikan
(tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum
pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan
(kami) kepada orang-orang berfikir. (QS. Yunus: 24)
e.
Al-Quran Sumber Etika Pengembangan Iptek
Pada
teknologi harus terkandung muatan etika yang selalu menyertai hasil teknologi
pada saat akan diterapkan. Sungguh pun hebat hasil teknologi namun jika
diniatkan untuk membuat kerusakan sesama manusia, menghancurkan lingkungan
sangat dilarang di dalam Islam. Jadi, teknologi
bukan sesuatu yang bebas nilai, demikian pula penyalahgunaan teknologi
merupakan perbuatan zalim yang tidak disukai Allah SWT. Perhatikan FirmanNya:
وَابْتَغِ فِيْمَا آَتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْلآَخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ اْلفَسَادَ فِي اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash: 77)
Demikian
pula sains dan teknologi modern (Barat) tidak ada yang netral atau bebas nilai.
Tetapi prioritas, penekanan, metode dan prosesnya, serta pandangan terhadap
dunia merefleksikan kepentingan masyarakat dan kebudayaan Barat. Dalam kerangka
ini sains Barat semata-mata digunakan untuk mengejar keuntungan dan sejumlah
produksi, untuk pengembangan militer dan perlengkapan-perlengkapan perang,
serta untuk mendominasi ras manusia terhadap ras manusia lainnya, sebagaimana
untuk mendominasi alam. Dalam sistem Barat sains itu sendiri merupakan nilai
tertinggi, sehingga segala-galanya harus dikorbankan demi sains dan teknologi.
Dalam kaitan
ini munculnya disiplin baru seperti sosiobiologi, eugenics (ilmu untuk
meningkatkan kualitas-kualitas spesies manusia) dan rekayasa genetika, tidak
mendorong timbulnya persaudaraan dan tanggungjawab tapi memberi kesan bagi kaum
ilmuwan bahwa merekalah penguasa jagad raya ini.
Kemudian
dalam bidang biologi, perkembangan teknologi yang pesat diawali dengan penemuan
DNA oleh Watson dan Crick pada Tahun 1953. Sejak saat itu berbagai macam
teknologi yang melibatkan perekayasaan sifat genetic makhluk hidup mulai
bermunculan. Beberapa diantaranya sangat menakjubkan dan memungkinkan manusia
berperan sebagai tuhan. Sementara sanat Islam berbeda, ilmu yang dicari
semata-mata hanya untuk mencari karunia Allah, bukan untuk merusak sehingga
menimbulkan bencana.
3.4 Perintah
Mempelajari Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Islam agama
yang syamil, kamil dan mutakamil (menyeluruh, sempurna dan menyempurnakan).
Islam tidak hanya mengatur perihal ibadah vertikal saja, namun seluruh aspek
kehidupan, termasuk diantaranya mempelajari Iptek.
Al-Qur`an
diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah tidak hanya memerintahkan untuk sekedar
dibaca, sesuai dengan wahyu yang pertama diturunkan dalam QS. 96: 1, tetapi
mengandung maksud lebih dari itu yaitu menghendaki seluruh umatnya membaca,
menggali, mendalami, meneliti apa saja yang ada di alam semesta ini dan
mengambil manfaat untuk kehidupan manusia dengan mengetahui ciri-ciri sesuatu
seperti: bencana alam, tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri yang tertulis
maupun yang tidak tertulis sehingga dapat menghadapi tantangan dan menjawab
permasalahan-permasalahan dunia modern yang diterapkan dalam segala aspek
kehidupan.
Proses
kehidupan manusia itu selalu mengalami perkembangan yang pesat dari awal
terbentuknya manusia, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai tua dan alam
semesta ini dibuat Allah tidak sia-sia, tetapi ada hikmah di dalamnya agar manusia dapat mempelajari iptek, sesuai dalam QS. 3:
190-191yang berbunyi: “Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang yang berakal yaitu orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “ Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau maka peliharalah kami dari
siksa neraka”.
Dalam ayat
ini mengandung maksud perintah untuk mempelajari iptek karena manusia telah
dipilih sebagai makhluk yang memiliki kemampuan dan derajat tinggi, antara
lain:
· Manusia
diperintahkan untuk menggunakan akal pikiran dengan membaca, belajar dan
meneliti alam semesta.
· Manusia dijadikan khalifah di muka bumi,
dibuktikan dengan Allah SWT memilih nabi Adam sebagai pemimpin dibandingkan
makhluk yang lain.
· Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang dapat
memperkuat iman untuk menjadikan dirinya memiliki derajat tinggi dunia akhirat
· Manusia
diperintahkan menjadi profesional terhadap bidang ilmu yang dimiliki.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
manusia melalui tangkapan pancaindra, intuisi dan firasat yang sudah
diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi sehingga
menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji
ulang secara ilmiah.
Teknologi dibuat atas dasar ilmu pengetahuan dengan
tujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Pada mulanya, teknologi tercipta
berdasarkan niat dan tujuan dari si pencipta teknologi tersebut.Bila sebuah
teknologi dapat diciptakan dengan tujuan yang baik, maka tidak akan menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Sehingga teknologi tersebut dapat
bermanfaat bagi para penggunanya. Dalam penggunaan berbagai macam teknologi
yang ada, harus mampu dalam menganalisis
dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan dari teknologi
tersebut. Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan
bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan
alam lingkungannya.
4.2
Saran
ü
Dalam penggunaan teknologi dalam
bentuk apapun, lebih baik untuk mampu memilah nilai positif dan negatif yang diberikan
dari teknologi tersebut
ü
Dalam penggunaan teknologi, mampu
mengendalikan diri sehingga tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan
sekitar, atau dengan kata lain, lingkungan di mana populasi-populasi berada.
ü
Sebagai manusia yang memiliki dasar
keimanan terhadap Allah SWT, diharapkan mampu memanfaatkan teknologi sesuai
dengan koridor-koridor Islam, sehingga tidak menjadi suatu yang mudharat.
ü
Dalam suatu penciptaan sebuah
teknologi, lebih baik tidak ada sesuatu yang disembunyikan dalam segala sesuatu
tentang teknologi tersebut. Baik dari segi proses penciptaannya, tujuan
penciptaannya, dan lain sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar