FILSAFAT
Berfilsafat adalah berbifikir untuk mencari kebenaran yang
hakiki. Orang Islam kemudian merumuskan kebenaran melalui pendekatan tasawuf.
Tasawuf dalam perkembangna agama Islam adalah pelajaran yang berisi soal-soal
ketuhanan. Ajaran tasawuf berkaitan dengan hasrat manusia yang didorong oleh
rasa cinta terhadap Tuhan sehingga mereka selalu berusaha untuk mendekati-Nya,
yaitu dengan mencari hubungan langsung melalui jalan-jalan yang suci. Bersamaan
dengan perkebangan ajaran tasawuf di Indonesia muncullah tarekat-tarekat,
antara lain tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Sammaniah, Syattariah dan
Rifa’i. Tarekat adalah jalan atau cara-cara yang ditempuh oleh kaum sufi untuk
mendekatkan dirinya kepada Tuhan.
Bentuk-bentuk akulturasi ilmu tasawuf dengan budaya pra-Islam
tampak dalam hal-hal berikut ini.
A.
Aliran Kebatinan
Dalam
rangka mendekatkan diri kepada Tuhan muncul konsep ajaran Manunggaling
Kawulo-Gusti seperti yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar. Ajaran-ajarannya
banyak diwarnai oleh unsure-unsur budaya pra-Islam. Ajaran yang disampaikan
oleh Syekh Siti Jenar ditolak oleh para wali yang lain karena dianggap
menyesatkan agama Islam.
B.
Karisma Wali
Wali
sebagai penyebar agama Islam memiliki kelebihan-kelebihan karisma luar biasa
yang oleh masyarakat umum disebut sebagai kesaktian. Kelebihan para wali dalam
mengajarkan tasawuf merupakan daya tarik tersendiri bagi keberhasilan
penyebaran agama Islam di Nusantara.
C.
Filsafat dalam Seni
Budaya
Para
wali memanfaatkan seni budaya sebagai media dalam menyebarkan ajaran Islam.
Tokoh yang menonjol adalah sunan Kalijaga. Beberapa contoh kasus dalam
akulturasi budaya Islam dalam pra-Islam dalam filsafat dan seni budaya adalah
sebagai berikut.
1.
Menurut sumber Babad
Tanah Jawi, dalam pendirian Masjid Demak disebutkan bahwa salah satu saka
(tiang) masjid terbuat dari tatal (serpihan sisa pemotongan kayu) yang disusun
dengan cara diikat menggunakan tali dari rumput oleh sunan Kalijaga. Hal itu
mengandung perlambang (pasemon) bahwa dalam melaksanakan dan menegakkan agama
Islam di bumi, umat Islam harus bersatu padu dan setiap orang yang ingin
selamat harus berpegang pada tali Allah.
2.
Dalam menyebarkan agama
Islam, para Wali menggunakan wayang sebagai media penyampaian ajaran Islam.
Pada pertunjukkan wayang banyak disisipkan ajaran-ajaran Islam, seperti
berikut.
a.
Dalam cerita wayang
terdapat tokoh bernama Prabu Dharmakusuma yang memiliki senjata ampuh dan tidak
ada tandingannya, yaitu jimat Kalimasada. Jimat Kalimasada itu adalah dua
kalimat syahadat.
b.
Prabu Dharmakusuma
memiliki empat saudara yang dalam cerita pewayangan disebut dengan Pandawa
Lima. Artinya bahwa rukun Islam itu ada lima, yaitu mengucapkan dua kalimat
syahadat, salat, zakat, puasa, dan memunaikan ibadah haji bagi yang mampu.
c.
Dalam cerita pewayangan
terdapat usaha untuk melegitimasi (mengsahkan) raja-raja Jawa melalui
keturunan. Silsilah raja-raja Jawa menurut Babad Tanah Jawi, yaitu nabi Adam
beranak nabi Sis, Sis beranak nabi Nurcahyo, Nircahyo beranak Nuroso, Nuroso
beranak Sang Hyang Wenang, kemudian beranak Sang Hyang Tunggal, kemudian
beranak Bathara Guru, dan Bathara Guru memiliki lima putra, diantaranya adalah
wisnu. Wisnu ini kemudian menjadi raja pertama di Jawa yang bergelar Prabu Set,
yang kemudian menurunkan raja-raja di Jawa sampai pada raja-raja Islam.
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa budaya Indonesia zaman Islam masih banyak berakar pada
pola seni tradisional. Berbagai upacara dan kejadian yang berhubungan dengan
agama lelah dipadukan sedemikian ruoa sehingga mengahasilkan corak budaya
Indonesia yang khas dan dapat diterima oleh masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar