Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Hindu tertua adalah kerajaan Tarumanegara.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berlokasi di lembah Sungai Citarum, Jawa
Barat, berdasarkan prasasti-prasasti dari kerajaan Tarumanegara yang temukan
diantara Sungai Citarum dan sungai Cisadane. Poebatjaraka memperkirakan pusat
pemerintahan Kerajaan Tarumanegara terletak di Bekasi berdasarkan prasasti
Tugu.
Sumber Sejarah
Sumber sejarah kerajaan Tarumanegara terdiri dari
prasasti, berita atau kronik Cina, dan arca-arca.
Prasasti-prasasti Tarumanegara
Prasasti-prasasti peninggalan Kerjaan Tarumanegara
ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta yang isisnya
disusun dalam bentuk syair, tetapi tidak berangka tahun.
Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara,
yaitu Prasasti Ciaruteun (Citarum) yang dietmukan di tepi sungai Ciaruteun
Bogor, Prasasti Kebon Kopi ditemukan didaerah perkebunan kopi, Kampung Muara
Hilir Kecamatan Cibungbulang Bogor, Prasasti Jambu dan Prasasti Pasir
Koleangkak yang ditemukan di daerah perkebunan Jambu bukit Koleangkak (30 meter
sebelah barat Bogor), Prasasti Tugu yang ditemukan di desa Tugu kecamatan
Cilingcing, Tanjung Priok. Jakarta, Prasasti Cidanghiang ditemukan pada tahun
1947 di desa Lebak di tepi Sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul, Banten
Selatan, dan Prasasti Pasir Awi atau Prasasti Muara Cianten.
Kronik Dinasti Tang
Berita awal dari Cina menyebutkan bahwa Negara
Ho-lo-an (Aruteun) di Cho-po (Jawa) telah mengirim utusannya ke negeri Cina
pada tahun 430, 437 dan 452 M. Berdasarkan berita itu diduga bahwa nama asli
Tarumanegara adalah Arunteun. Berita Cina selanjutnya adalah kronik Dianasti
Tang yang bersumber dari seorang musafir Cina, Fa-Hsien, yang datang ke Jawa
Barat pada tahun 414. Dia menyebut adanya Kerajaan To-lo-mo dan menyatakan
bahwa di tempat tersebut telah terdapat tiga agama, yaitu Hindu yang merupakan
agama yang paling banyak penganutnya, agam Buddha dan agama yang “kotor”
(kepercayaan animism dan dinamisme).
Kronik Dinasti Tang juga memberi keterangan bahwa
kerajaan Tarumanegara mengirimkan utusan ke negeri Cina pada tahun 528, 535,
630 dan 669 M. Setelah tahun 669 Masehi, tidak terdengar lagi Kerajaan
Tarumanegara mengirimkan utusan. Kemungkinan kerajaan Tarumanegara mengalami
keruntuhan karena diserang oleh kerajaan Sriwijaya.
Arca-Arca Peninggalan Kerajaan
Tarumanegara
a. Arca Rajasi (disebutkan dalam prasasti Tugu)
diperkirakan dari berasal dari Jakarta.
b. Dua buah patung Wisnu dari Cibuaya yang
diperkirakan berasal dari abad ke-7 M dan berlanggam seni Pallawa di India
Selatan. Dua buah patung ini memperlihatkan persamaan dengan arca-arca yang
ditemukan di Semenanjung Melayu, Siam, dan Kamboja.
Kehidupan
Politik
Berdasarkan tempat penemuan prasasti-prasasti,
pusat Kerajaan Tarumanegara diduga berada di sekitar Bogor. Wilayah
kekuasaannya meliputi : daerah Banten, Jakarta, hingga Cirebon. Beberapa
prasasti menyebutkan nama Purnawarman sebagai Raja di Tarumanegara yang gagah
berani. Hal-hal tersebut tergambarkan bahwa Jawa Barat sudah mengenal kerajaan
yang teratur dan berdaulat sekitar abad ke-5 sampai abad ke-7.
Dari berita Cina yang menyebutkan bahwa kerajaan
Tarumanegara sering mengirimkan utusan ke negeri Cina, menunjukkan bahwa
kerajaan Tarumanegara telah menjalin hubungan persahabatan dengan Negara-negara
lain, termasuk India. Kemajuan India dibidang pemikiran, terutama pemikiran
agama, menyebabkan unsure-unsur budaya india diambil alih oleh Kerajaan
Tarumanegara. Penyerapan kebudayaan india dimungkinkan karena masyarakat
Tarumanegara mempunyai potensi sepadan dengan budaya India. Potensi itu berupa
kemajuan teknologi, taraf pemikiran agama, kesenian, dan kektuatan struktur
masyarakat.
Kehidupan
Sosial
Berdasarkan sumber-sumber sejarah yang ada, dapat
diperkirakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Purnawarman, kehidupan
masyarakat sudah mulai teratur dan berjalan baik. Hal tersebut terlihat dari
Prasasti Tugu yang menyebutkan bahwa raja Purnawarman telah memerintahkan
penggalian Sungai Gomati untuk mencegah terjadinya banjir dan pemberian sedekah
berupa 1000 ekor sapi kepada para Brahmana. Tindakkan itu menunjukkan bahwa
sikap sosial Raja Purnawarman yang memperhatikan kepentingan masyarakatnya.
Namun, ada yang menduga bahwa rakyat Tarumanegara harus melakukan kerja rodi
dalam proses penggalian sungai Gomati.
Hubungan antara raja dan para Brahmana serta
rakyat diduga sudah terjalin dengan baik. Sebagai bukti penghormatan rakyat dan
para Brahmana kepada raja adalah dengan membuat prasasti Lebak. Di dalam
prasasti itu disebutkan bahwa raja Purnawarman adalah raja yang bijaksana,
mulia, dan pemberani.
Berdasarkan isi dari beberapa Prasasti diperoleh
gambaran bahwa Raja Purnawarman menganut agama Hindu aliran Wisnu. Disamping
menganut agama Hindu, menurut kesaksian Fa-Hsien, rakyat Tarumanegara juga
menganut agama Buddha serta kepercayaan animisme dan dinamisme. Namun, rakyat
Tarumanegara yang memeluk agama Hindu-Buddha sedikit sekali dan terbatas pada
keluarga raja, bangsawan dan para pedagang. Sebagian besar rakyat masih memeluk
kepercayaan nenek moyangnya.
Kehidupan
Ekonomi
Berdasarkan sumber-sumber prasasti dan
berita-berita asing, dapat diperoleh gambaran bahwa penduduk Kerajaan
Tarumanegara mempunyai mata pencahariaan dibidang pertanian, peternakan,
pelayaran, perburuan, pertambangan, perikanan, dan perdagangan. Walaupun
demikian, belum dapat dipastikan tentang pembagian kerja itu.
Berdasarkan sumber prasasti Tugu dapat
diperkirakan bahwa bidang pertanian sudah relative maju. Dalam Prasasti Tugu
disebutkan tentang adanya usaha untuk menggali sungai Gomati. Sungai Gomati
yang digali itu diduga adalah terusan untuk pengaliran sungai di Bekasi di
musin hujan. Tujuannya adlah untuk menanggulangi bahaya banjir dan irigasi bagi
sawah- sawah disekitarnya. Kegiatan peternakan diduga sudah berkembang terutama
ternak sapi ini terbukti dari isi Prasasti Tugu yang menyebutkan adanya
pemberian hadiah 1.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
Berdasarkan sumber berita Cina, diperkirakan bahwa
perdagangan local sudah berkembang dengan melewati jalur darat dan air.
Hubungan lewat darat, diduga dengan memanfaatkan hewaan lembu untuk melakukan
hubungan dalam negeri dari suatu tempat ke tempat lain yang tidak berjauhan
letaknya. Disisi lain, kegiatan perdagangan internasional diperkirakan sudah
menjalin hubungan dagang internasional dengan India dan Cina. Komoditi ekspor
dari kerajaan Tarumanegara berupa cula badak, gading gajah, emas, perak, dan
alat-alat pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar